Kabul (ANTARA News/AFP) - Empat prajurit AS yang beroperasi di bawah komando NATO tewas dalam ledakan bom improvisasi di Afghanistan, kata sejumlah pejabat militer, Minggu, sementara pasukan meningkatkan serangan besar-besaran terhadap Taliban di wilayah selatan.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengatakan, prajurit-prajurit itu tewas "akibat serangan bom improvisasi gerilyawan" pada Sabtu.

Seorang jurubicara pasukan internasional pimpinan AS mengatakan, korban-korban itu adalah warganegara Amerika.

Seorang prajurit lain tewas akibat luka-luka yang dideritanya dalam pertempuran di Afghanistan bulan lalu, kata ISAF.

"Empat prajurit ISAF tewas setelah serangan-serangan gerilya di Afghanistan selatan, satu orang lagi tewas akibat luka-luka yang dideritanya pada Juni," kata pasukan aliansi itu dalam sebuah pernyataan.

Korban-korban itu berjatuhan setelah kematian delapan prajurit Inggris yang juga bertugas untuk ISAF NATO pada Kamis dan Jumat -- periode 24 jam paling mematikan bagi pasukan Inggris dalam waktu puluhan tahun. Sepanjang bulan ini 15 prajurit Inggris tewas di Afghanistan.

Menurut situs independen www.icasualties-org, yang mencatat korban-korban militer di Irak dan Afghanistan, sekitar 192 prajurit tewas di Afghanistan tahun ini, belum termasuk korban-korban tewas terakhir itu.

Prajurit-prajurit itu tewas ketika sekitar 4.000 marinir AS, ribuan prajurit Inggris dan pasukan Afghanistan bergerak ke sejumlah pangkalan gerilya yang paling berbahaya di provinsi Helmand, Afghanistan selatan.

Operasi itu dirancang untuk membersihkan daerah-daerah itu dari gerilyawan agar warga Afghanistan bisa memberikan suara mereka dalam pemilihan umum presiden dan dewan provinsi pada 20 Agustus.

Jurubicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Zemarai Bashary mengatakan, sekitar 200 gerilyawan tewas dalam salah satu operasi yang diluncurkan oleh pasukan yang sebagian besar prajurit Inggris dan Afghanistan di Helmand tiga pekan lalu.

"Kami telah membunuh 150 hingga 200 pejuang musuh sebagai bagian dari Operasi Cakar Macan Kumbang," kata Bashary kepada wartawan di ibukota Afghanistan, Kabul. "Ini bukan angka kematian final karena operasi masih terus berlangsung."

Itu merupakan angka resmi pertama yang dikeluarkan bagi korban tewas di pihak gerilyawan dalam operasi itu.

Pihak berwenang belum mengatakan berapa jumlah orang yang tewas dalam sebuah operasi marinir AS yang bersandi Khanjar (Belati) yang diluncurkan di arah selatan lagi di Helmand pada 2 Juli.

Terdapat sekitar 90.000 prajurit internasional, terutama dari AS, Inggris dan Kanada, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu Kabul mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban, kelompok yang berkuasa antara 1996 dan 2001.

Meski ada pasukan internasional, Taliban sejak itu berhasil menyatukan kekuatan lagi dan melakukan pemberontakan dalam upaya menggulingkan pemerintah dukungan Barat di Kabul.

Taliban mencapai kemajuan setiap tahun dan 2009 menjadi masa paling mematikan bagi pasukan internasional yang sebagian besar orang Barat di Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan aksi perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Antara 8.000 dan 10.000 prajurit internasional akan bergabung dengan pasukan militer pimpinan NATO yang mencakup sekitar 60.000 personel di Afghanistan untuk mengamankan pemilihan presiden Afghanistan pada 20 Agustus, kata aliansi itu.

Pemberontakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini, yang menambah kekhawatiran mengenai keamanan dalam pemilihan presiden Afghanistan yang kedua itu.

Pemilu yang akan menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afghanistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.(*)