BI: Stimulus fiskal pemerintah topang pertumbuhan ekonomi RI
6 Mei 2020 11:08 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8/2019). Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pd.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai bahwa stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah mampu menopang pertumbuhan ekonomi RI yang tercatat masih tumbuh pada kisaran positif yakni mencapai 2,97 persen pada triwulan pertama tahun ini.
“Stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk bansos ternyata berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam keterangan pers daring di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, stimulus fiskal yang mendorong konsumsi pemerintah untuk belanja program sosial menjadi indikator yang menyebabkan ekonomi RI tumbuh tidak negatif.
Baca juga: Gubernur BI: Pertumbuhan ekonomi RI termasuk tertinggi di dunia
Semula bank sentral ini memprediksi konsumsi pemerintah akan tumbuh 2,3 persen namun Badan Pusat Statistik (BPD) mengungkapkan realisasi pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan satu lebih tinggi dari perkiraan BI yakni 3,74 persen.
“Sehingga ekonomi Indonesia itu tidak turun lebih lanjut,” katanya.
Sementara itu, untuk triwulan kedua tahun ini BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI mencapai 0,4 persen, kemudian triwulan III mencapai 1,2 persen dan triwulan IV mencapai 3,1 persen.
Pertimbangannya, kata dia, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai berlaku di hampir 70 persen wilayah ekonomi Indonesia serta mencermati perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia mencapai minus 2 persen.
Baca juga: Kemenkeu ingatkan pentingnya penyaluran bansos untuk dorong konsumsi
Secara keseluruhan tahun 2020, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah dari 2,3 persen mencermati pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang mencapai 2,97 persen.
“Tapi stimulus fiskal pemerintah akan mengurangi dampak itu dan kebijakan restrukturisasi dunia usaha, program pemulihan ekonomi dan dukungan BI memberikan stimulus moneter, insya Allah akan kurangi dampak Covid,” katanya.
“Stimulus fiskal pemerintah dalam bentuk bansos ternyata berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi,” katanya dalam keterangan pers daring di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, stimulus fiskal yang mendorong konsumsi pemerintah untuk belanja program sosial menjadi indikator yang menyebabkan ekonomi RI tumbuh tidak negatif.
Baca juga: Gubernur BI: Pertumbuhan ekonomi RI termasuk tertinggi di dunia
Semula bank sentral ini memprediksi konsumsi pemerintah akan tumbuh 2,3 persen namun Badan Pusat Statistik (BPD) mengungkapkan realisasi pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan satu lebih tinggi dari perkiraan BI yakni 3,74 persen.
“Sehingga ekonomi Indonesia itu tidak turun lebih lanjut,” katanya.
Sementara itu, untuk triwulan kedua tahun ini BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI mencapai 0,4 persen, kemudian triwulan III mencapai 1,2 persen dan triwulan IV mencapai 3,1 persen.
Pertimbangannya, kata dia, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai berlaku di hampir 70 persen wilayah ekonomi Indonesia serta mencermati perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia mencapai minus 2 persen.
Baca juga: Kemenkeu ingatkan pentingnya penyaluran bansos untuk dorong konsumsi
Secara keseluruhan tahun 2020, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah dari 2,3 persen mencermati pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang mencapai 2,97 persen.
“Tapi stimulus fiskal pemerintah akan mengurangi dampak itu dan kebijakan restrukturisasi dunia usaha, program pemulihan ekonomi dan dukungan BI memberikan stimulus moneter, insya Allah akan kurangi dampak Covid,” katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: