Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengingatkan pentingnya percepatan penyaluran bantuan sosial untuk mendorong kinerja konsumsi rumah tangga.

Febrio dalam pernyataan di Jakarta, Selasa, menyatakan stimulus tersebut yang disertai dukungan bagi pelaku usaha akan membantu penguatan konsumsi rumah tangga yang melemah di triwulan I-2020.

"Penurunan kinerja konsumsi yang tajam di kuartal pertama 2020 ini memperkuat urgensi percepatan penyaluran bantuan sosial di kuartal kedua," ujarnya.

Konsumsi rumah tangga yang tercatat hanya tumbuh 2,84 persen memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2020 sebesar 2,79 persen.

Salah satu penyebab merosotnya konsumsi rumah tangga adalah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diterapkan di berbagai daerah untuk membatasi penyebaran COVID-19.

Baca juga: Indef minta pemerintah dorong konsumsi lewat perluasan bansos

Peningkatan konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga, tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan serta transportasi dan komunikasi.

Padahal, konsumsi rumah tangga masih menyumbang struktur PDB terbesar pada periode ini hingga mencapai 58,14 persen, diikuti PMTB 31,91 persen dan ekspor 17,43 persen.

Untuk itu, dari sisi produksi, ia memastikan program Pemulihan Ekonomi Nasional untuk sektor UMKM menjadi sangat kritikal dan juga perlu dilaksanakan secepatnya.

"Dengan bantalan pada kedua sisi ini, pemerintah berharap membantu meringankan tekanan terhadap rumah tangga dan pelaku usaha, terutama Ultra Mikro dan UMKM," kata Febrio.

Baca juga: BKF harap PP Program Pemulihan Ekonomi segera ditandatangani Presiden

Terkait ekonomi triwulan I-2019 yang hanya tumbuh sebesar 2,79 persen, ia memastikan kondisi ekonomi dalam negeri mulai terdampak oleh COVID-19.

Meski demikian, pencapaian ini lebih baik dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat yang tumbuh 0,3 persen, Korea Selatan yang terkontraksi 1,3 persen dan Uni Eropa yang tumbuh negatif 3,3 persen.

Perlambatan itu juga lebih baik dari Singapura yang tumbuh negatif 2,2 persen, China yang terkontraksi 6,8 persen, dan Hong Kong yang turun hingga 8,9 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode ini hanya lebih rendah dibandingkan Vietnam yang mampu tumbuh 3,8 persen.

Febrio mengatakan pemerintah akan terus menyiapkan berbagai skenario dampak dari pandemi COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi.

Setiap data baru, tambah dia, akan digunakan untuk memutakhirkan penilaian pemerintah terhadap kondisi perekonomian riil dan sosial masyarakat.

"Tujuannya agar pemerintah dapat memformulasikan langkah antisipasi secara cepat dan tepat," katanya.