Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Institute of Development of Economic dan Finance (INDEF), M Fadhil Hasan mengatakan, bila tidak ada perhatian pemerintah pada PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) maka dikhawatirkan saham perusahaan tambang emas di Nusa Tenggara Barat itu akan dikuasai perusahaan asing.

Bila tidak ada perhatian pemerintah seperti kasus Freeport di Timika, Papua dan Blok Cepu di Jawa Tengah, akan terulang lagi di Newmont Nusa Tenggara (NNT) di NTB, kata M Fadhil Hasan, di Jakarta, Selasa.

Sangat ironis bila kasus Freeport, Cepu dan Newmont akan dimanfaatkan asing untuk kepentingan bisnisnya dan ini bentuk imprealisme dan kolonialisme terselubung yang justru didukung oknum pengusaha lokal yang dibayar dengan imbalasan kecil.

Untuk itu kasus sebelumnya jangan sampai terulang lagi kepada Newmont karena ketidakseriusan pemerintah terhadap divestasi dibidang pertambangan.

Dalam konteks saham NNT saat ini diminta kepada pemerintah untuk menghentikan dugaan praktik penjajahan dan penghianatan model imperalis tersebut.

Kepada publik juga diminta untuk waspada guna mencegah hilangnya kesempatan negara mengelola kekayaan tambang emas tersebut.

"Kita meminta kepada seluruh elemen masyarakat termasuk pemerintah daerah setempat agar proses divestasi dapat terwujud," kata M Fadhil Hasan.

Disamping itu kepada para oknum investor swasta atau asing menahan diri agar tidak bersikap serakah dan melakukan langkah-langkah tidak terpuji untuk mengusasi saham NNT.

Besarnya potensi cadangan mineral pada tambang batu hijau Newmont Nusa Tenggara (NNT) terdapat 11,2 miliar pound tembaga, 14,7 juta ouncw emas dan 27,6 juta ounce perak dengan potensi pendapatan bisa capai Rp381,78 triliun.(*)