Praktisi tekankan pentingnya pemetaan lingkungan untuk pendidikan
4 Mei 2020 16:59 WIB
Tangkapan layar praktisi pendidikan lingkungan Aulia Wijiasih dalam diskusi online yang dilakukan Badan Restorasi Gambut di Jakarta, Senin (4/5/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Sekolah perlu melakukan pemetaan lingkungan di sekitarnya sebagai basis dalam melakukan pengajaran untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan hidup, menurut praktisi pendidikan lingkungan Aulia Wijiasih.
"Keterampilan dalam melihat atau pemetaan di daerah. Setiap sekolah harus melakukan evaluasi diri sekolah (EDS). Selalu yang dilihat itu buku paket tapi tidak melakukan EDS untuk mengetahui daerah mereka sendiri ," kata anggota Tim Pembina Adiwiyata Nasional itu dalam diskusi yang diadakan Badan Restorasi Gambut (BRG) secara online di Jakara pada Senin.
Ia mengambil contoh bagaimana di Aceh yang memiliki lahan gambut dan sebagai salah satu daerah penghasil kopi tapi malah tidak memiliki sekolah kejuruan tentang itu. Hal itu terjadi, kata dia, karena tidak terjadi pemetaan kontekstual daerah dan kekhasannya.
Tidak hanya Aceh, Indonesia memiliki berbagai macam daerah yang unik satu dengan lainnya tidak hanya budaya tapi juga kekhasan tanah dan lingkungan hidupnya.
Baca juga: Praktisi: Muatan lokal bisa kuatkan karakter cinta lingkungan
Baca juga: Akademisi: Penting sosialisasi cegah COVID-19 di lingkungan pendidikan
Hal itu seharusnya bisa menjadi salah satu dasar bagi guru untuk menjalankan kompetensi dasar yang sesuai dengan keunikan daerahnya masing-masing.
Dengan itu, kompetensi dasar tetap dijalankan tapi lebih spesifik kepada lingkungan sekitar untuk membuat anak lebih mencintai lingkungannya.
Aulia mengambil contoh kompetensi dasar di sekolah dasar tentang sumber daya alam dan ekosistem. Jika diterapkan dengan berbasis lingkungan, misalnya sekolah berada di dekat lahan gambut maka hal tersebut bisa diolah dengan membahas sumber daya dan ekosistem gambut secara khusus.
"Ciri-ciri mahluk hidup yang hidup di gambut bisa diolah. Kompetensinya tetap, anak mempunyai kompetensi bagaimana melihat ciri-ciri mahluk hidup," kata dia.
Hal itu bisa dilakukan karena sesuai tujuan Merdeka Belajar yang diusung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim maka dengan berbagai materi dan sumber belajar tetap kompetensi dasar akan bisa tercapai karena tujuannya adalah anak menguasai kompetensi, kata dia.
Baca juga: Kemendikbud: Kecintaan pada lingkungan perlu kerja sama semua pihak
"Keterampilan dalam melihat atau pemetaan di daerah. Setiap sekolah harus melakukan evaluasi diri sekolah (EDS). Selalu yang dilihat itu buku paket tapi tidak melakukan EDS untuk mengetahui daerah mereka sendiri ," kata anggota Tim Pembina Adiwiyata Nasional itu dalam diskusi yang diadakan Badan Restorasi Gambut (BRG) secara online di Jakara pada Senin.
Ia mengambil contoh bagaimana di Aceh yang memiliki lahan gambut dan sebagai salah satu daerah penghasil kopi tapi malah tidak memiliki sekolah kejuruan tentang itu. Hal itu terjadi, kata dia, karena tidak terjadi pemetaan kontekstual daerah dan kekhasannya.
Tidak hanya Aceh, Indonesia memiliki berbagai macam daerah yang unik satu dengan lainnya tidak hanya budaya tapi juga kekhasan tanah dan lingkungan hidupnya.
Baca juga: Praktisi: Muatan lokal bisa kuatkan karakter cinta lingkungan
Baca juga: Akademisi: Penting sosialisasi cegah COVID-19 di lingkungan pendidikan
Hal itu seharusnya bisa menjadi salah satu dasar bagi guru untuk menjalankan kompetensi dasar yang sesuai dengan keunikan daerahnya masing-masing.
Dengan itu, kompetensi dasar tetap dijalankan tapi lebih spesifik kepada lingkungan sekitar untuk membuat anak lebih mencintai lingkungannya.
Aulia mengambil contoh kompetensi dasar di sekolah dasar tentang sumber daya alam dan ekosistem. Jika diterapkan dengan berbasis lingkungan, misalnya sekolah berada di dekat lahan gambut maka hal tersebut bisa diolah dengan membahas sumber daya dan ekosistem gambut secara khusus.
"Ciri-ciri mahluk hidup yang hidup di gambut bisa diolah. Kompetensinya tetap, anak mempunyai kompetensi bagaimana melihat ciri-ciri mahluk hidup," kata dia.
Hal itu bisa dilakukan karena sesuai tujuan Merdeka Belajar yang diusung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim maka dengan berbagai materi dan sumber belajar tetap kompetensi dasar akan bisa tercapai karena tujuannya adalah anak menguasai kompetensi, kata dia.
Baca juga: Kemendikbud: Kecintaan pada lingkungan perlu kerja sama semua pihak
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: