Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menggelar operasi pasar gula pasir untuk menurunkan harga komoditas itu di pasaran, dengan jumlah yang digelontorkan meningkat menjadi dua ton dengan sasaran seluruh kelurahan di kota tersebut.

“Pada operasi pasar pertama, sudah terserap 1,5 ton gula pasir. Kali ini, kami mendistribusikan dua ton gula pasir bekerja sama dengan Pabrik Gula Madukismo,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Senin.

Baca juga: Yogyakarta gelar operasi pasar gula pasir 1,5 ton

Setiap kelurahan yang diwakili oleh pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK) memperoleh jatah 44 kilogram gula pasir yang bisa dibeli dengan harga sesuai harga eceran tertinggi yaitu Rp12.500 per kg. Gula kemudian didistribusikan ke masyarakat yang membutuhkan.

Heroe memastikan kegiatan operasi pasar akan terus digelar untuk menekan harga gula agar sesuai harga eceran tertinggi karena pada operasi pasar pertama belum mampu menurunkan harga gula.

“Saat ini, harga gula pasir di pasar masih cukup tinggi Rp17.000 per kg. Mungkin hanya turun sekitar Rp500 per kilogram usai operasi pasar pertama. Makanya, harus dilakukan operasi pasar terus menerus supaya harga turun dan stabil,” katanya.

Menurut Heroe, kegiatan operasi pasar khususnya untuk komoditas gula pasir yang dilakukan secara terus menerus juga ditujukan untuk menunjukkan kepada pedagang bahwa stok gula pasir di Kota Yogyakarta sangat mencukupi sehingga harga pun akan kembali normal.

“Saya tidak mengetahui mengapa harga gula pasir di pasar masih tinggi, padahal stok itu ada dan mencukupi,” katanya yang juga memastikan stok bahan kebutuhan pokok lain di Kota Yogyakarta aman untuk tiga hingga empat bulan ke depan.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono optimistis harga gula pasir akan berangsur-angsur turun ke harga normal atau sesuai harga eceran tertinggi.

“Kalau operasi pasar digelar terus menerus, maka harga pun akan turun. Banyak masyarakat yang lebih memilih membeli di toko modern karena harganya sesuai HET. Makanya, stok di toko modern cepat habis,” katanya.

Sementara itu, Perwakilan PG Madukismo Bambang Winarso mengatakan, gula pasir yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan operasi pasar di Kota Yogyakarta berasal dari raw sugar yang diimpor dari Thailand.

“Dari raw sugar kemudian diolah menjadi gula yang bisa dikonsumsi. Kami masih mengolah raw sugar karena belum masuk musim giling,” katanya.

Ia menyebutkan musim giling tebu di PG Madukismo seharusnya sudah dilakukan pada bulan ini, namun karena terkendala pandemi COVID-19 maka direncanakan baru dilakukan pada Juni atau usai Lebaran.

Setiap musim giling, PG Madukismo mampu memproduksi sekitar 40.000 hingga 50.000 ton gula pasir namun jumlah tersebut belum memenuhi kebutuhan di DIY sehingga harus didatangkan tambahan gula dari luar daerah.

Baca juga: Ramadhan, Pasar mitra tani Yogyakarta alami kenaikan permintaan pangan
Baca juga: Harga gula pasir di Yogyakarta tembus Rp16.500