Jakarta (ANTARA) - PT Angkasa Pura II (Persero) menilai bahwa penghematan biaya operasional merupakan salah satu kunci untuk merespon tantangan pandemi COVID-19 bagi industri penerbangan.

"Penghematan salah satu kunci dalam merespons tantangan COVID-19. Bandara PT Angkasa Pura II saat ini beroperasi dengan lebih sederhana dibandingkan kondisi normal, menyesuaikan juga dengan trafik penumpang dan penerbangan," ujar Director of Engineering PT Angkasa Pura II Agus Wialdi dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Meski menghemat biaya operasional, lanjut dia, pihaknya memastikan bandara tetap beroperasi untuk menjaga konektivitas transportasi udara nasional.

Agus Wialdi memaparkan implementasi penghematan operasional antara lain seperti di Bandara Soekarno-Hatta yakni menghentikan sementara operasional Skytrain untuk disubstitusi dengan optimalisasi shuttle bus sebagai transportasi publik antarterminal.

Saat ini, ia menambahkan, Transit Oriented Development (TOD) di Soekarno-Hatta juga ditutup di mana selain bisa menghemat juga guna mendukung jaga jarak fisik.

"Secara umum, penghematan biaya operasional terbesar adalah di penggunaan listrik. Kami melakukan penghematan penggunaan listrik di seluruh bandara hingga sekitar 46 persen," katanya.

Ia menyampaikan penghematan listrik antara lain dilakukan dengan mengurangi penggunaan fasilitas nonprioritas seperti penyejuk udara, dengan tetap menjaga aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan pelayanan.

Selain itu, 19 bandara PT Angkasa Pura II juga melakukan penghematan penggunaan air bersih hingga 60 persen serta penghematan penggunaan kendaraan operasional di kawasan bandara baik sisi udara mau pun sisi darat.

Adapun selain penghematan biaya operasional, PT Angkasa Pura II juga melakukan penghematan atau pengurangan biaya pemeliharaan fasilitas nonprioritas atau yang tidak mendesak.

Agus Wialdi juga mengatakan penghematan sangat ketat juga diterapkan pada pos belanja modal (capital expenditure/capex), dimana capex hanya akan digunakan untuk kebutuhan yang dinilai sangat dibutuhkan dengan memperhitungkan situasi dan kondisi saat ini.

Dijelaskan, penghematan capex ini juga mencakup porsi yang sebelumnya direncanakan untuk pengembangan di bandara-bandara Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara (KSP BMN) yaitu Radin Inten II (Lampung), HAS Hanandjoeddin (Belitung), Fatmawati Soekarno (Bengkulu) dan Tjilik Riwut (Palangkaraya).

"Melalui berbagai penghematan biaya maka dapat seluruh bandara PT Angkasa Pura II tetap beroperasi optimal dan selalu siaga melayani berbagai penerbangan yang masih diizinkan sesuai Permenhub No. 25/2020, termasuk penerbangan dalam rangka mengatasi COVID-19," ujar Agus Wialdi.

Lebih lanjut, kata dia, dengan penghematan ini maka bandara PT Angkasa Pura II dapat cepat mengoptimalkan seluruh sumber daya guna melayani meningkatnya lalu lintas penumpang pesawat dan penerbangan saat COVID-19 sudah dapat dikendalikan.

Adapun sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 25/2020, seluruh penerbangan komersial yang mengangkut penumpang di rute domestik hingga saat ini dilarang beroperasi di wilayah yang telah menerapkan PSBB dan wilayah berstatus zona merah.

Baca juga: Erick Thohir rombak komisaris Angkasa Pura II
Baca juga: Angkasa Pura II pastikan kelancaran repatriasi WNI di Bandara Soetta