Jakarta (ANTARA News) - Plt Gubernur Bank Indonesia Miranda S Goeltom, mengatakan inflasi pada tahun ini bisa di bawah lima persen atau di bawah perkiraan dari Bank Indonesia semula yaitu 5-7 persen.

"Inflasi tidak hanya bisa berada di level bawah 5-7 persen, tapi bisa di bawah lima persen," katanya di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, ada dua alasan inflasi bisa berada di bawah lima persen. Pertama menurut dia, inflasi hingga saat ini masih rendah. Hal ini didasarkan atas pengumumam inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juni ini (mtm) inflasi Juni 0,11 persen dan inflasi tahun kalender Januari-Juni 0,21 persen. Sedangkan inflasi Juni (YoY) sebesar 3,65 persen.

"Ini jauh lebih rendah dibandingkan pola historisnya (inflasi)," katanya.

Kedua, menurut dia, ke depan tidak ada sumber-sumber yang memberikan tekanan terhadap inflasi secara berlebihan. "Tidak ada sumber-sumber inflasi cukup besar karena faktor-faktor musiman seperti masuk tahun ajaran baru, lebaran, sudah diperhitungkan," katanya.

Sementara itu, tekanan inflasi yang melemah tersebut, menurut dia justru diharapkan akan memicu permintaan domestik dan membuat persepsi para pengusaha untuk melakukan ekspansi karena harga yang semakin terkendali.

Hal ini diharapkan akan mendorong penyaluran kredit juga semakin pesat lagi pada semester kedua.

Sedangkan peningkatan harga komoditas saat ini, menurut dia, masih dalam batas yang belum memberikan tekanan kepada inflasi di dalam negeri. Justru memberikan keuntungan terutama mendukung transaksi berjalan Indonesia.

Hal ini menurut dia tercermin dari transaksi berjalan pada akhir Juni 2009 yang mengalami surplus 2,2 miliar dolar AS.

Ia menambahkan, peningkatan harga komoditas saat ini, belum akan membatasi kebijakan ruang pelonggaran moneter BI ke depan. "Belum melihat ini membatasi ruang BI karena tekanannya pada inflasi belum terlihat," katanya.

Sementara itu, Bank Indonesia melihat pada 2010, potensi harga komoditas yang terus meningkat membuat potensi terjadinya tekanan inflasi yang semakin menguat.

Potensi tekanan inflasi yang menguat tersebut, menurut BI akan membuat BI akan lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan moneter seiring dengan ruang pelonggaran yang semakin terbatas.(*)