Baghdad (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Irak melakukan langkah berani dalam menghadapi perusahaan-perusahaan minyak asing dengan menawar rendah tawaran harga kontrak pengusahaan minyak mereka di enam ladang minyak utama Irak.

Perusahaan-perusahaan migas internasional ini lalu mencerca Irak dengan menolak ketentuan Irak bahwa eksploitasi minyak ini hanya demi membangun sektor minyak dan gas negara itu, dalam satu tender yang disebut yang pertama diberikan Irak dalam hampir empat dekade terakhir.

Proses tender berubah menjadi hampir olok-olok manakala Menteri Peminyakan Hussein al-Shahristani meminta perusahaan-perusahaan asing itu memasukkan kembali tawaran mereka setelah tawaran kontrak ditolak oleh perusahaan-perusahaan energi China, AS, Italia, Inggris, Belanda, dan Korea Selatan.

Kontrak jasa pertambangan yang ditawarkan Baghdad didasarkan ketentuan bahwa perusahaan-perusahaan itu hanya akan menerima komisi tetap per barel dari setiap minyak yang disuling di enam ladang minyak yang ditawarkan, bukan didasarkan pada prinsip pemberian saham.

Keraguan meningkat di kalangan perusahaan-perusahaan asing di sepanjang tender, mengenai bagaimana harus bermitra dengan perusahaan minyak milik pemerintah Irak dan memenuhi syarat berbagi pengusahaan ladang minyak, meskipun proyek itu berlimpah ruah dana.

Raksasa energi Inggris BP dan CNPC International Ltd dari China yang menjadi dua pemenang dalam tender energi itu, menerima ketentuan komisi dua dolar AS per barel di ladang minyak Rumaila di Irak selatan yang disebut-sebut memiliki cadangan minyak 17,7 miliar barel.

Namun, sehari setelah penawaran itu tidak ada perusahaan minyak asing yang lolos dalam tender untuk lima ladang minyak sisanya karena ada perbedaan antara apa yang diinginkan perusahaan minyak asing dan apa yang harus dibayarkan pemerintah Irak.

Dua perusahaan minyak China, CNOOC dan Sinopec, meminta 25,40 dolar AS per barel untuk minyak sulingan dari ladang minyak Maysan di selatan irak, namun pemerintah hanya menawari mereka 2,30 dolar AS per barel.

Sementara itu raksasa energi AS ConocoPhillips, meminta 26,70 dolar AS per barel untuk menambang di ladang minyak Bai Hassan, namun pemerintah hanya menawari 4,0 dolar AS per barel.

Tender pemerintah kembali menemui kegagalan setelah konsorsium Sinopec, Eni Medio Orient SpA dari Italia, Occidental Petroleum dari AS dan Korea Gas Corp (Kogas) Korea Selatan menarik tawarannya untuk ladang minyak Zubair.

Konsorsium ini meminta dibayar 4,80 dolar AS per barel dari tiap minyak yang disuling, namun Menteri Perminyakan Irak hanya menawari mereka dua dolar AS per barel.

Secara terpisah, tidak ada penawaran yang diterima untuk mengerjakan kilang gas Mansuriya, sementara tawaran pengusahaan kilang gas lainnya dari Edison SpA Italia, ditolak.

Proses tender tambang energi ini menarik perhatian 31 perusahaan minyak asing termasuk raksasa migas dari AS ExxonMobil dan Eropa Shell, ditambah beberapa lainnya dari China, India, Korea Selatan dan Indonesia.

Pada pembukaan tender, Perdana Menteri Nuri al Maliki menggarisbawahi bahwa Irak menginginkan uang hasil minyaknya dipakai untuk membangun kembali negeri setelah didera tiga perang dan lebih dari satu dekade terkena sanksi ekonomi yang melemahkan negeri itu.

Shahristani membantah tender Selasa ini gagal sambil menegaskan bahwa tujuan utama Menteri Perminyakan menaikkan produksi minyak dari 2,4 juta barel per hari menjadi lebih dari 4 juta barel dalam kurun lima tahun ke depan, akan tercapai.

"Saya sangat puas karena Rumaila akan membuat kita bisa memproduksi lebih dari empat juta barel per hari," katanya.

Peningkatan produksi ke tingkat itu, menurut Maliki, akan mengalirkan dana tambahan sebesar 1,7 triliun dolar AS ke kantong pemerintah sampai 20 tahun ke depan.

Shahristani menyatakan, hanya 30 miliar dolar AS yang akan menguap ke perusahaan-perusahan asing penyuling minyak.

"Sisanya sangat besar sehingga dapat dipakai untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di seluruh Irak, seperti sekolah, jalan, bandara, perumahan dan rumah sakit," katanya seraya menandaskan bahwa negara akan mengkontrol seluruh cadangan minyaknya.

Meskipun Shahristani telah mengundang para penawar utama di lima ladang minyak dan satu ladang gas yang ditolak pada tender pendahuluan, untuk mengirimkan kembali tawarannya sampai pukul 6 sore waktu Irak, demikian beberapa wakil perusahaan minyak asing kepada AFP.

Namun mereka menyebut hal itu tidak mungkina karena tidak cukup waktu untuk menyiapkan penawaran baru. (*)