Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Bima Aria memberikan penilaian paling tinggi kepada calon wakil presiden (cawapres) Boediono dalam debat cawapres di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa.

"Saya beri nilai delapan untuk Pak Boed (Boediono), tujuh Pak Wiranto dan enam Pak Prabowo," kata Bima Aria, seusai acara debat cawapres di Jakarta.

Menurut Aria, Boediono berbicara dalam hal yang detil, menguraikan berbagai masalah dan bicara hal yang konkret.

"Memang secara artikulasi Pak Boed kalah, karena tidak biasa bicara dengan cara menggebu-gebu seperti Pak Prabowo dan Pak Wiranto," katanya.

Pengamat politik ini mencontohkan masalah revitalisasi keluarga berencana (KB), Boediono secara tegas menolak pembatasan laju pertumbuhan penduduk lewat sebuah undang-undang dan memilih merevitalisasi program Keluarga Berencana (KB).

Revitalisasi yang datangnya dari Boediono ini, katanya, dilanjutkan oleh Wiranto. "Pak Boed yang mengeluarkan ide revitalisasi, tetapi diulang kembali oleh Wiranto," katanya.

Sementara Bima Aria melihat Prabowo hanya berputar-putar pada ekonomi kerakyatan saja.

Aria juga melihat Boediono melihat secara realistis, seperti berbicara masalah anggaran negara, Boediono mengatakan bahwa program untuk menuju pembangunan milenium membutuhkan anggaran yang besar hingga 2 - 3 kali lipat dari anggaran yang ada sekarang.

Sedangkan Prabowo dan Wiranto masih bicara masalah yang normatif, kata Bima Aria.

Cawapres Wiranto, seusai acara debat, mengatakan bahwa panitia memberikan waktu yang sangat pendek sehingga jawaban yang diberikan tidak maksimal.

"Ini masalah waktu yang sangat pendek, sehingga kami kurang maksimal dalam memberikan jawaban," katanya.(*)