Jakarta (ANTARA) - Ahli psikologi industri dan organisasi dari Universitas Indonesia (UI) Wustari Mangundjaya mengatakan perlu peningkatan kemampuan dan keterampilan buruh atau tenaga kerja Indonesia agar mampu merambah pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik dan kompetitif.

"Untuk meningkatkan kesempatan merambah pekerjaan, harus meningkatkan kompetensi dan 'skills' (keterampilan) bila mungkin tingkat pendidikan," kata Wustari kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Diminta tanggapan terkait Hari Buruh Dunia pada 1 Mei, ia mengatakan pekerjaan yang lebih baik ini diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan para buruh.

Wustari mengatakan yang juga harus ditingkatkan pada kualitas buruh Indonesia adalah "soft skills", keinginan untuk maju, disiplin, etika kerja, keunggulan pelayanan (service excellence), kemampuan bahasa Inggris, dan kepercayaan diri.

Jika tidak memiliki komponen kemampuan tersebut, kata dia, maka buruh Indonesia akan kalah di persaingan tingkat global. Bahkan, menurut Wustari, sangat ketinggalan dibandingkan Filipina.

Ia mengatakan dalam menciptakan ekosistem kondusif untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas tenaga kerja Indonesia, maka selain pelatihan dan peningkatan kesejahteraan bagi yang perlu, maka yang lebih penting adalah komunikasi yang baik antara buruh, pengusaha dan pemerintah.

Selain itu, kualitas kompetensi buruh juga harus meningkat. Buruh juga harus sadar untuk tidak mau dimanfaatkan oleh kelompok atau pihak tertentu untuk keinginan terselubung.

"Bila buruh masih tetap mau digunakan sebagai alat oleh sekelompok orang tertentu dengan selalu demo meminta kenaikan gaji padahal kualitas kompetensi tidak meningkat, maka siap-siap banyak perusahaan dan investor yang menutup atau memindahkan perusahaan dan pabriknya," demikian Wustari Mangundjaya.

Baca juga: Buruh diminta terus tingkatkan kualitas dan kompetensi

Baca juga: Hari Buruh - LIPI: Otomatisasi-digitalisasi tantangan mendatang buruh

Baca juga: Perlu pencapaian upah layak untuk kesejahteraan buruh, kata peneliti

Baca juga: Kemnaker, SP dan pengusaha bahas posisi Indonesia di Konferensi ILO