MCCC minta Pemkot Surabaya siapkan rumah sakit darurat
1 Mei 2020 11:34 WIB
Relawan 'Muhammadiyah COVID-19 Command Center' (MCCC) Jatim saat mendistribusikan bantuan kebutuhan pokok untuk dikirim ke daerah di Kantor PW Muhammadiyah Jatim di Jalan Kertomenanggal Surabaya, Senin (27/04/2020). ANTARA/Fiqih Arfani/am.
Surabaya (ANTARA) - Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) Kota Surabaya meminta pemerintah kota membuat rumah sakit darurat untuk penanganan pasien COVID-19 menyusul rumah sakit rujukan di Kota Pahlawan, Jatim, sudah penuh.
Ketua MCCC Surabaya M. Arif An, di Surabaya, Jumat, mengatakan mendapat laporan dari Tim Medis Bagian Kuratif dan Preventif MCCC Surabaya dr. Zuhrotul Mar'ah Lailatussolichah, bahwa ada salah satu pasien positif COVID-19 yang kebetulan juga tetangganya tidak mendapatkan rumah sakit saat dirujuk.
"Saat pasien mau dirujuk ke rumah sakit rujukan di Surabaya, ternyata sudah penuh semua. Kalau pasien ini isolasi mandiri di rumah bisa berbahaya," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, MCCC Surabaya menyampaikan kepada Pemkot Surabaya agar menyediakan atau mempersiapkan rumah sakit darurat yang memanfaatkan fasilitas umum seperti Gelora Pantjasila, Gelanggang Remaja dan gedung pemkot lainnya yang belum difungsikan.
Baca juga: MCCC minta KPI tegur TV yang tayangannya tidak beri contoh jaga jarak
Baca juga: MCCC siapkan sejumlah langkah jelang PSBB di Surabaya
Menurut dia, dengan adanya rumah sakit darurat, maka warga menjadi tenang karena tidak ada kekhawatiran atau ketakutan pasien yang terpapar COVID-19 terlantar atau tidak ditangani dengan cepat.
"Ketakutan warga sangat wajar dalam kondisi ini," ujar Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya ini.
Sekretaris Komisi D DPRD Kota Surabaya Dr. Akmarawita Kadir sebelumnya juga mengusulkan ke pemkot agar menyiapkan rumah sakit darurat menyusul peningkatan orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien positif terjangkit virus corona.
"Tidak hanya itu, penetapan Surabaya masuk zona merah COVID-19 merupakan permasalahan yang serius dan harus disikapi dengan sangat serius," katanya.
Menurut dia, adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19 ini tentunya mengakibatkan ruang isolasi yang ada di 15 rumah sakit rujukan di Surabaya tidak bisa menampung pasien yang positif COVID-19.
Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Febria Rachmanita sebelumnya mengatakan Pemkot Surabaya menyiapkan gedung isolasi bagi orang dalam pemantauan (ODP) dengan gejala ringan COVID-19 di kawasan selatan, Kota Surabaya.
Gedung isolasi tersebut dikhususkan bagi ODP dengan gejala COVID-19, seperti demam ringan, namun tidak dalam kondisi sesak napas. "Gedung isolasi ini kita buat memang kalau untuk gejala COVID-19 yang ringan-ringan, tidak ada sesak, tidak ada demam, kita taruh dalam ruang isolasi itu," katanya.
Menurut dia, gedung isolasi standarnya memang dibuat seperti rumah sakit. Di gedung itu, terdapat 30 tempat tidur yang telah disiapkan ini dikhususkan bagi ODP dengan gejala ringan COVID-19.*
Baca juga: MCCC dukung penutupan Pasar Kapasan Surabaya dampak COVID-19
Baca juga: Anggota DPRD Surabaya desak bentuk pansus COVID-19
Ketua MCCC Surabaya M. Arif An, di Surabaya, Jumat, mengatakan mendapat laporan dari Tim Medis Bagian Kuratif dan Preventif MCCC Surabaya dr. Zuhrotul Mar'ah Lailatussolichah, bahwa ada salah satu pasien positif COVID-19 yang kebetulan juga tetangganya tidak mendapatkan rumah sakit saat dirujuk.
"Saat pasien mau dirujuk ke rumah sakit rujukan di Surabaya, ternyata sudah penuh semua. Kalau pasien ini isolasi mandiri di rumah bisa berbahaya," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, MCCC Surabaya menyampaikan kepada Pemkot Surabaya agar menyediakan atau mempersiapkan rumah sakit darurat yang memanfaatkan fasilitas umum seperti Gelora Pantjasila, Gelanggang Remaja dan gedung pemkot lainnya yang belum difungsikan.
Baca juga: MCCC minta KPI tegur TV yang tayangannya tidak beri contoh jaga jarak
Baca juga: MCCC siapkan sejumlah langkah jelang PSBB di Surabaya
Menurut dia, dengan adanya rumah sakit darurat, maka warga menjadi tenang karena tidak ada kekhawatiran atau ketakutan pasien yang terpapar COVID-19 terlantar atau tidak ditangani dengan cepat.
"Ketakutan warga sangat wajar dalam kondisi ini," ujar Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya ini.
Sekretaris Komisi D DPRD Kota Surabaya Dr. Akmarawita Kadir sebelumnya juga mengusulkan ke pemkot agar menyiapkan rumah sakit darurat menyusul peningkatan orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien positif terjangkit virus corona.
"Tidak hanya itu, penetapan Surabaya masuk zona merah COVID-19 merupakan permasalahan yang serius dan harus disikapi dengan sangat serius," katanya.
Menurut dia, adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19 ini tentunya mengakibatkan ruang isolasi yang ada di 15 rumah sakit rujukan di Surabaya tidak bisa menampung pasien yang positif COVID-19.
Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Febria Rachmanita sebelumnya mengatakan Pemkot Surabaya menyiapkan gedung isolasi bagi orang dalam pemantauan (ODP) dengan gejala ringan COVID-19 di kawasan selatan, Kota Surabaya.
Gedung isolasi tersebut dikhususkan bagi ODP dengan gejala COVID-19, seperti demam ringan, namun tidak dalam kondisi sesak napas. "Gedung isolasi ini kita buat memang kalau untuk gejala COVID-19 yang ringan-ringan, tidak ada sesak, tidak ada demam, kita taruh dalam ruang isolasi itu," katanya.
Menurut dia, gedung isolasi standarnya memang dibuat seperti rumah sakit. Di gedung itu, terdapat 30 tempat tidur yang telah disiapkan ini dikhususkan bagi ODP dengan gejala ringan COVID-19.*
Baca juga: MCCC dukung penutupan Pasar Kapasan Surabaya dampak COVID-19
Baca juga: Anggota DPRD Surabaya desak bentuk pansus COVID-19
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: