New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena sentimen pasar tertekan oleh serangkaian data ekonomi terbaru yang suram mendorong para investor melepas kepemilikan saham mereka setelah sehari sebelumnya menikamti keuntungan besar.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 288,14 poin atau 1,17 persen, menjadi ditutup di 24.345,72 poin. Indeks S&P 500 turun 27,08 poin atau 0,92 persen, menjadi berakhir di 2.912,43 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup berkurang 25,16 poin atau 0,28 persen, menjadi 8.889,55 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan saham-saham material dan keuangan masing-masing jatuh 2,96 persen dan 2,68 persen, memimpin kerugian pasar secara keseluruhan.
Meskipun mengalami kerugian pada Kamis (30/4), indeks-indeks utama mencatatkan kenaikan bulanan yang solid. Untuk April, indeks Dow menguat 11,1 persen, S&P 500 melonjak 12,7 persen, dan Nasdaq melambung 15,5 persen.
Klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, mencapai 3,839 juta dalam pekan yang berakhir 25 April, Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (30/4/2020). Itu membuat jumlah pemohon dalam enam minggu terakhir menjadi sekitar 30 juta di tengah kejatuhan COVID-19.
COVID-19 "terus memengaruhi jumlah klaim awal dan pengangguran yang diasuransikan," catat biro tersebut.
Penghasilan pribadi AS juga turun dua persen pada Maret dan pengeluaran konsumsi pribadi anjlok ke rekor 7.5 persen bulan lalu, menurut Biro Analisis Ekonomi pada Kamis (30/4).
Data suram datang satu hari setelah Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto riil AS di kuartal pertama berkontraksi pada tingkat tahunan 4,8 persen, penurunan kuartalan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Federal Reserve AS pada Rabu (29/4) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada tingkat rekor terendah mendekati nol dan berjanji untuk terus mengambil tindakan agresif untuk mendukung perekonomian.
Wall Street berakhir lebih rendah setelah data ekonomi suram
1 Mei 2020 08:51 WIB
Seorang pria dengan ponsel di Wall Street, Manhattan, New York City, (7/11/11). ANTARA/Shutterstock/pri.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: