Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru menyatakan titik api atau hotspot di Provinsi Riau menurun drastis hingga ke titik nol dari sebelumnya 34 titik.

"Hotspot di Riau anjlok dari 34 titik menjadi nol atau nihil," kata staf analisa BMKG Kota Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Sabtu.

Slamet menjelaskan, berdasarkan pantauan terakhir satelit NOAA 18 diketahui bahwa hotspot atau titik api di Riau sebagai indikator terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau nihil atau nol.

Sementara peninjauan pada hari sebelumnya satelit mendeteksi adanya 34 hotspot yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Riau.

Daerah tersebut di antaranya Siak lima titik, Rokan Hilir lima titik, Rokan Hulu enam titik, Pelalawan empat titik, Indragiri Hulu sembilan titik, Kampar dua titik, Bengkalis dua titik, dan Kuantan Singingi satu titik.

Anjloknya jumlah titik api di Riau diprediksi BMKG disebabkan oleh turunnya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di hampir seluruh wilayah di Provinsi Riau.

Meski demikian, BMKG tetap mengimbau kepada masyarakat maupun perusahaan untuk tidak melakukan pembukaan hutan dan lahan dengan cara bakar.

Hal tersebut guna menghindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terus meluas dan menimbulkan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan.

Selasa lalu (23/6), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Pekanbaru menyatakan bahwa jumlah hotspot di Provinsi Riau terbanyak se-Sumatra.

"Titik api di Riau jumlahnya yang paling banyak se-Pulau Sumatra," kata staf analisa BMKG Provinsi Riau, Ardhitama di Pekanbaru, baru-baru ini.

Ardhitama menjelaskan, berdasarkan pantauan terakhir satelit NOAA 18 di ketahui bahwa sebanyak 35 titik api mewarnai sejumlah wilayah di Provinsi Riau dari total 95 hotspot yang berlokasi di Pulau Sumatra. (*)