Broker properti ini yakin sektor properti tak lesu meski ada COVID-19
30 April 2020 19:05 WIB
Ilustrasi. Pengunjung mendapat penjelasan soal hunian yang ditawarkan di pameran Indonesia Properti Expo di Jakarta Convention Centre, Jakarta. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan agensi properti PropNex meyakini sektor properti tidak melesu meski dihantam pandemi COVID-19 dan mendorong para agen untuk terus memperbaiki diri guna mendukung industri tersebut.
CEO PropNex Indonesia Luckyanto dalam diskusi virtual bertajuk "Closing From Home: Tren Baru di Dunia Properti" di Jakarta, Kamis, meyakini sama halnya dengan krisis 2008, krisis tahun 2020 akan membuka peluang baru.
"Bedanya krisis 2008 itu tidak ada COVID-19. Tapi dulu sosial media belum happening. Sedangkan pada 2020 meski ada COVID-19, ada sosial media yang membuat kita tetap booming," katanya.
Luckyanto menuturkan keyakinan masih prospektifnya sektor properti juga berdasarkan capaian di Singapura, asal broker tersebut beroperasi.
Meski Singapura telah menutup perkantoran sejak Februari lalu, namun, saat PropNex sempat buka selama dua minggu di bulan Maret, justru banyak transaksi properti.
"Bahkan ada contoh transaksi agen yang sampai puluhan juta dolar Singapura di sejumlah lokasi premium," katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan agar situasi COVID-19 tidak boleh membuat para agen berkecil hati.
Luckyanto menambahkan, kondisi krisis seperti saat ini juga mendulang sisi positif karena banyak orang yang menjual properti dengan harga yang lebih rendah 30-50 persen dari pasaran.
"Banyak yang bilang ini saatnya menunggu, tapi justru membeli itu langkah smart. Seperti 2008-2010, yang beli properti (saat krisis) itu justru lebih untung," pungkasnya.
Baca juga: Kadin harap keberlanjutan industri properti jadi perhatian pemerintah
Baca juga: Industri properti kembali bergairah seiring ekonomi tumbuh
CEO PropNex Indonesia Luckyanto dalam diskusi virtual bertajuk "Closing From Home: Tren Baru di Dunia Properti" di Jakarta, Kamis, meyakini sama halnya dengan krisis 2008, krisis tahun 2020 akan membuka peluang baru.
"Bedanya krisis 2008 itu tidak ada COVID-19. Tapi dulu sosial media belum happening. Sedangkan pada 2020 meski ada COVID-19, ada sosial media yang membuat kita tetap booming," katanya.
Luckyanto menuturkan keyakinan masih prospektifnya sektor properti juga berdasarkan capaian di Singapura, asal broker tersebut beroperasi.
Meski Singapura telah menutup perkantoran sejak Februari lalu, namun, saat PropNex sempat buka selama dua minggu di bulan Maret, justru banyak transaksi properti.
"Bahkan ada contoh transaksi agen yang sampai puluhan juta dolar Singapura di sejumlah lokasi premium," katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan agar situasi COVID-19 tidak boleh membuat para agen berkecil hati.
Luckyanto menambahkan, kondisi krisis seperti saat ini juga mendulang sisi positif karena banyak orang yang menjual properti dengan harga yang lebih rendah 30-50 persen dari pasaran.
"Banyak yang bilang ini saatnya menunggu, tapi justru membeli itu langkah smart. Seperti 2008-2010, yang beli properti (saat krisis) itu justru lebih untung," pungkasnya.
Baca juga: Kadin harap keberlanjutan industri properti jadi perhatian pemerintah
Baca juga: Industri properti kembali bergairah seiring ekonomi tumbuh
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: