Bangkalan (ANTARA News) - Ratusan pedagang kaki lima (PKL) nekad menggelar dagangannya di sepanjang jalan akses tol Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) di sisi Madura, sehingga mengurangi kenyamanan pengguna jalan tol atas laut yang belum lama diresmikan itu.

"Ini hanya membuat kondisi di sepanjang akses jalan menuju Suramadu semakin semrawut," kata salah seorang pengguna jembatan Suramadu, Rahman, Jumat.

Ratusan PKL ini berjajar di sepanjang jalan akses sebelum pintu masuk tol Jembatan Suramadu sisi Madura. Di atas lahan yang masih menjadi bagian area proyek jalan akses itulah mereka mendirikan bangunan semi permanen.

Mereka membuat tempat berjualan dari bambu dan diatapi dengan kain atau terpal seadanya. Areal yang sebelumnya kosong ini pun menjadi ramai. Akibatnya, sampah bungkus makanan dan kulit kelapa berserakan di bahu jalan.

Bukan saja keberadaan PKL yang membuat pemandangan kurang sedap, tetapi juga dibukanya sejumlah area parkir liar di tempat itu. Pemilik kendaraan roda empat yang memanfaatkan area parkir dipungut bayaran antara Rp3.000 hingga Rp5.000, sedangkan sepeda motor Rp2.000.

Salah seorang pengendara motor, Muhyidin, mengatakan, dirinya merasa terganggu dengan keberadaan ratusan PKL tersebut karena ketika melewati jalan itu ia terpaksa harus melambatkan laju kendaraan.

"Terkadang ada mobil mendadak berhenti untuk membeli makanan dan minuman di PKL. Ada pula, mobil yang diparkir di bahu jalan, ya saya harus ekstra hati-hati jika melintas di sana," katanya.

Muhyidin mengaku tidak keberatan dengan keberadaan PKL di sekitar Suramadu karena mereka juga mencari nafkah, namun harus ada penataan dari pemerintah setempat.

"Para PKL itu seharusnya diberi tempat khusus, jika dibiarkan berjualan di bahu jalan bisa membahyakan pengguna jalan yang lewat juga dirinya (pedagang)," katanya.

Sementara salah seorang PKL, Siti Romlah, mengatakan, dirinya nekad berjualan di bahu jalan akses Suramadu karena sudah mendapatkan izin dari pemerintah desa setempat.

"Lumayan Mas, hasilnya bisa buat tambahan biaya anak yang mau masuk ke sekolah seperti beli seragam dan sepatu," ucap Romlah.
(*)