Uang beredar tumbuh 12,1 persen jadi Rp6.440,5 triliun pada Maret 2020
30 April 2020 11:23 WIB
Dokumentasi - Petugas memindahkan tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/aa.
Jakarta (ANTARA) - Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Maret 2020, yakni tercatat Rp6.440,5 triliun atau tumbuh 12,1 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,9 persen (yoy).
"Akselerasi pertumbuhan M2 disebabkan oleh peningkatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham," kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam info terbarunya di Jakarta, Kamis.
Dijelaskan, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat, dari 8,6 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 15,4 persen (yoy) pada Maret 2020, disebabkan oleh pertumbuhan giro rupiah.
Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi pada Maret 2020 meningkat, dari 7,5 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 10,8 persen (yoy).
Peningkatan juga terjadi pada pertumbuhan surat berharga selain saham, dari 34,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 44,6 persen (yoy) pada Maret 2020.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, kata BI, peningkatan M2 pada Maret 2020 disebabkan oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih, ekspansi operasi keuangan pemerintah, dan realisasi kredit.
Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Maret 2020 sebesar 13,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2020 sebesar 9,9 persen (yoy).
Pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat meningkat, dari 11,9 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 14,5 persen (yoy) pada Maret 2020.
Selain itu, penyaluran kredit pada Maret 2020 meningkat sebesar 7,2 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,5 persen (yoy).
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI membaik triwulan ketiga 2020
Baca juga: Gubernur BI: Imbal hasil SBN lebih menarik dari AS
Baca juga: BI perkirakan inflasi April 2020 capai 0,18 persen
"Akselerasi pertumbuhan M2 disebabkan oleh peningkatan seluruh komponennya, baik uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham," kata Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam info terbarunya di Jakarta, Kamis.
Dijelaskan, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat, dari 8,6 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 15,4 persen (yoy) pada Maret 2020, disebabkan oleh pertumbuhan giro rupiah.
Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi pada Maret 2020 meningkat, dari 7,5 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 10,8 persen (yoy).
Peningkatan juga terjadi pada pertumbuhan surat berharga selain saham, dari 34,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 44,6 persen (yoy) pada Maret 2020.
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, kata BI, peningkatan M2 pada Maret 2020 disebabkan oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih, ekspansi operasi keuangan pemerintah, dan realisasi kredit.
Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Maret 2020 sebesar 13,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Februari 2020 sebesar 9,9 persen (yoy).
Pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat meningkat, dari 11,9 persen (yoy) pada Februari 2020 menjadi 14,5 persen (yoy) pada Maret 2020.
Selain itu, penyaluran kredit pada Maret 2020 meningkat sebesar 7,2 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,5 persen (yoy).
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI membaik triwulan ketiga 2020
Baca juga: Gubernur BI: Imbal hasil SBN lebih menarik dari AS
Baca juga: BI perkirakan inflasi April 2020 capai 0,18 persen
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: