Bandarlampung (ANTARA News) - Densus 88 Anti Teror Mabes Polri berhasil menangkap Syamsul (50), anggota teroris jaringan Selamat Kastari, di sebuah rumah di Jalan Hayam Wuruk, Gang Rangkok, Desa Kedamaian, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandarlampung, Minggu petang (21/6) lalu pukul 18.30 WIB.

Menurut Direktur Reskrim Polda Lampung, Kombes Darmawan Sutawijaya, di Bandarlampung Rabu, penangkapan itu dilakukan dengan sangat rahasia, setelah polisi mengintainya selama tiga bulan.

Dari penyelidikan polisi, dia merupakan salah seorang anggota jaringan teroris Mas Selamat bin Kastari (biasa dipanggil Selamat Kastari) dan Fajar Taslim yang pernah merencanakan pengeboman Bandara Changi, Singapura.

Syamsul yang berkewarganegaraan Singapura itu sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak di kawasan Pasar Tugu, Bandarlampung.

Menurut anggota Densus 88 Polda Lampung, Kompol Anwari, Syamsul adalah anak buah Kastari.

"Tersangka sudah berkali-kali melakukan pemalsuan indentitas," kata dia.

Syamsul pertama masuk Indonesia, ia menetap di Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur, sebelum kemudian pindah ke Lampung.

Menurut warga sekitar tempat tinggalnya di Bandarlampung, Syamsul menetap di kota tersebut sejak tiga tahun terakhir.

Di Jalan Hayam Wuruk Bandarlampung, Syamsul tinggal bersama anaknya, Umar (20), di rumah kontrakan milik Robinson.

"Dia sudah fasih berbahasa Indonesia, meski sesekali lidahnya masih sering terpeleset mengucapkan bahasa Melayu," kata dia.

Dalam penangkapan itu, polisi tidak menemukan adanya aktivitas perakitan bom di tempat tinggal Syamsul.

"Kami tidak menemukan apa-apa di tempat tinggalnya, dan juga dari pengintaian selama tiga bulan, tidak terlihat adanya aktivitas terorisme," kata dia.

Dia ditangkap tanpa melawan dan berhasil dibawa polisi keluar dari kediamannya sekitar pukul 20.30 WIB.

Anwari mengaku dirinya dihubungi untuk mendampingi Densus 88 Anti Teror Mabes Polri selama penangkapan berlangsung.

"Kami hanya mendampingi, jadi tidak tahu banyak tentang posisi tersangka di jaringan teroris itu, apa perannya dan apakah ada keterkaitan antara Syamsul dengan jaringan Al Qaeda," kata dia.

Syamsul langsung dibawa ke Mabes Polri pada Senin dini hari (22/6) untuk pengembangan penyelidikan.
(*)