MRT Jakarta tunda pengadaan simulator untuk latihan masinis
29 April 2020 16:24 WIB
ilustrasi - Petugas PT Kereta Commuter Indonesia memperagakan kerja simulator Kereta Rel Listrik (KRL) di Dipo Depok, Jawa Barat, Kamis (21/11/2019).. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.
Jakarta (ANTARA) - PT MRT Jakarta (Perseroda) memutuskan untuk menunda pengadaan simulator yang digunakan untuk alat bantu latihan bagi para masinis kereta karena pandemi COVID-19.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam diskusi virtual di Jakarta, Rabu, menjelaskan pengadaan simulator senilai Rp100 miliar itu seharusnya dilakukan tahun ini, namun tidak memungkinkan diwujudkan di tengah upaya efisiensi perusahaan akibat dampak virus corona jenis baru itu.
"Simulator ini tadinya akan pengadaan tahun ini, tapi (ditiadakan) karena bagan dari efisiensi," katanya.
William menjelaskan simulator dibutuhkan bagi BUMD itu karena selama ini perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengirim masinis ke luar negeri untuk pelatihan.
"Dengan simulator, kita tidak perlu kirim ke luar negeri, tapi kita tunda pengadaannya ke tahun depan karena nilainya signifikan," katanya.
Kendati demikian, William memastikan tanpa adanya pengadaan simulator, pihaknya akan tetap bisa memberikan pelatihan kepada para masinis dengan memanfaatkan ratangga aktif yang ada.
Terlebih dalam kondisi pembatasan operasional karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti saat ini, maka ada lebih banyak kereta aktif yang bisa digunakan untuk latihan.
Karena operasional ratangga yang dibatasi hanya dari pukul 06.00 hingga 18.00 per hari, maka ada window time (waktu perawatan sebelum kereta beroperasi) yang bisa digunakan untuk lathan.
"Jadi simulator memang dibutuhkan tapi karena efisiensi. kita tunda. Alternatifnya kita gunakan kereta aktif (saat window time)," pungkasnya.
Baca juga: PSBB Jakarta, MRT kembali tutup layanan di dua stasiun
Baca juga: MRT Jakarta kembali tutup dua stasiun
Baca juga: Mulai Senin, MRT hentikan operasional tiga stasiun cegah COVID-19
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar dalam diskusi virtual di Jakarta, Rabu, menjelaskan pengadaan simulator senilai Rp100 miliar itu seharusnya dilakukan tahun ini, namun tidak memungkinkan diwujudkan di tengah upaya efisiensi perusahaan akibat dampak virus corona jenis baru itu.
"Simulator ini tadinya akan pengadaan tahun ini, tapi (ditiadakan) karena bagan dari efisiensi," katanya.
William menjelaskan simulator dibutuhkan bagi BUMD itu karena selama ini perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengirim masinis ke luar negeri untuk pelatihan.
"Dengan simulator, kita tidak perlu kirim ke luar negeri, tapi kita tunda pengadaannya ke tahun depan karena nilainya signifikan," katanya.
Kendati demikian, William memastikan tanpa adanya pengadaan simulator, pihaknya akan tetap bisa memberikan pelatihan kepada para masinis dengan memanfaatkan ratangga aktif yang ada.
Terlebih dalam kondisi pembatasan operasional karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti saat ini, maka ada lebih banyak kereta aktif yang bisa digunakan untuk latihan.
Karena operasional ratangga yang dibatasi hanya dari pukul 06.00 hingga 18.00 per hari, maka ada window time (waktu perawatan sebelum kereta beroperasi) yang bisa digunakan untuk lathan.
"Jadi simulator memang dibutuhkan tapi karena efisiensi. kita tunda. Alternatifnya kita gunakan kereta aktif (saat window time)," pungkasnya.
Baca juga: PSBB Jakarta, MRT kembali tutup layanan di dua stasiun
Baca juga: MRT Jakarta kembali tutup dua stasiun
Baca juga: Mulai Senin, MRT hentikan operasional tiga stasiun cegah COVID-19
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: