Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan tingginya minat investor dalam dan luar negeri dalam membeli surat berharga negara (SBN) menjadi salah satu indikator yang dapat mendongkrak nilai tukar rupiah.

“Faktor positifnya yaitu jumlah penawaran lelang SBN tinggi mencapai Rp44,4 triliun,” katanya dalam keterangan pers daring di Jakarta, Rabu.

Gubernur BI menyebutkan minat investor tersebut akan memberikan sentimen positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah.

Sebelumnya, Perry menyebutkan nilai tukar rupiah ditutup melemah 70 poin pada perdagangan Selasa (28/4) menjadi Rp15.380.

“Naik turunnya nilai tukar dari hari ke hari itu lebih banyak dipengaruhi faktor teknikal, faktor berbagai perkembangan berita dari dalam dan luar negeri,” katanya.

Baca juga: Rupiah tengah pekan menguat dipicu sentimen positif global

Ia menjelaskan perkembangan di luar negeri turut mempengaruhi pergerakan rupiah salah satunya penguatan pasar saham futures di Amerika Serikat dan Eropa yang memberikan sentimen positif.

Namun, lanjut dia, sentimen negatif juga masih memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah di antaranya faktor banyaknya korporasi dalam negeri yang membutuhkan valuta asing.

Faktor lain adalah lembaga internasional seperti Fitch yang menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi hanya sebesar 2,8 persen atau lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Meski demikian, BI masih yakin dengan posisi semula yakni rupiah akan bergerak stabil dan menguat ke arah 15.000 per dolar AS hingga akhir tahun 2020.

Beberapa indikatornya adalah perkiraan defisit transaksi berjalan (CAD) yang bisa di bawah 1,5 persen dari PDB pada triwulan I-2020 atau lebih rendah dari perkiraan semula yakni 2,5-3 persen dari PDB.

Selain itu, menurunnya indeks volatilitas pasar keuangan Amerika Serikat atau VIX juga memberikan keyakinan BI bahwa rupiah akan menguat.

Saat ini, lanjut dia, indeks VIX berada pada 38 atau lebih rendah pada minggu kedua Maret saat wabah COVID-19 mencapai kisaran 83.

Perry menyakini VIX akan kembali seperti sebelum adanya wabah corona yakni kisaran indeks 18.

Baca juga: BI yakin rupiah kuat dan stabil, meski dibayangi jatuhnya harga minyak

Bank sentral juga akan selalu berada di pasar untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi jika diperlukan di antaranya melalui pasar spot hingga membeli SBN di pasar sekunder.

Faktor lainnya, lanjut dia, arus modal asing diyakini akan terus mengalir ke Indonesia.

Berdasarkan pola historis, selama periode tahun 2011 hingga sekarang, periode aliran modal asing keluar Indonesia rata-rata mencapai Rp29,2 triliun dengan periode waktu empat bulan.

Sedangkan, lanjut dia, arus modal asing justru masuk lebih besar yakni Rp229,2 triliun dengan waktu yang lebih lama yakni 21 bulan yang diperkirakan mulai pada triwulan dua hingga empat.

“Faktor keempat adalah premi risiko yang sekarang relatif tinggi dan dengan meredanya COVID akan kembali ke sebelumnya menjadi lebih rendah,” katanya.

Baca juga: Gubernur BI: Rupiah terus menguat, tunjukan kepercayaan pasar

Baca juga: BI optimis rupiah menguat Rp15 ribu per dolar AS akhir 2020