Olimpiade
Anggota IOC: Olimpiade Tokyo tidak bergantung vaksin COVID-19
29 April 2020 14:24 WIB
Sejumlah warga mengekanan masker untuk menghidari penuralan COVID-19 saat menyaksikan obor api abadi Olimpiade Tokyo 2020 di dekat stasiun kereta Miyako, Iwate, Jepang (22/3/2020). ANTARA/AFP/Philip Fong/aa. (AFP/PHILIP FONG)
Jakarta (ANTARA) - Olimpiade Tokyo tidak bergantung pada pengembangan vaksin untuk virus corona, kata anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) John Coates di Melbourne, Australia, Rabu.
Komentarnya tersebut muncul setelah presiden Asosiasi Medis Jepang (JMA), mengatakan pada Selasa bahwa akan "sulit" bagi Jepang untuk menyelenggarakan Olimpiade yang sudah ditunda pada 2021 tanpa adanya vaksin COVID-19 yang efektif.
Coates yang berasal dari Australia, kepala Komisi Koordinasi IOC untuk Olimpiade, mengatakan komen presiden JMA Yoshitake Yokokura adalah "opini".
Baca juga: Tanpa vaksin, Olimpiade Tokyo diragukan bisa digelar tahun depan
"Tapi saran yang kami dapat dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) mengatakan kami harus melanjutkan rencana untuk tanggal itu dan itu lah yang kami kerjakan, dan tidak bergantung pada vaksin," kata Coates kepada Australian Associated Press.
"Adanya vaksin akan baik.
"Tapi kami akan terus dibimbing, seperti yang seharusnya, oleh WHO dan otoritas kesehatan Jepang karena dalam semua ini, kesehatan dan kesejahteraan atlet dan peserta lainnya dalam Olimpiade adalah prioritas nomor satu."
Olimpiade, yang semula akan dimulai Juli tahun ini, telah dijadwal ulang pada 2021, yang akan digelar sejak 23 Juli hingga 8 Agustus.
Penundaan itu merupakan pukulan besar bagi Jepang, yang telah menghabiskan 13 miliar dolar AS untuk persiapannya.
Presiden Tokyo 2020 Yoshiro Mori mengatakan dalam wawancara yang dipublikasikan Selasa, bahwa Olimpiade akan "dibatalkan" jika tidak diselenggarakan pada 2021.
Jepang telah mencatat lebih dari 13.000 orang terinfeksi COVID-19 dan hampir 400 meninggal dunia, demikian Reuters.
Baca juga: Olimpiade tahun depan dibatalkan jika pandemi belum berakhir
Komentarnya tersebut muncul setelah presiden Asosiasi Medis Jepang (JMA), mengatakan pada Selasa bahwa akan "sulit" bagi Jepang untuk menyelenggarakan Olimpiade yang sudah ditunda pada 2021 tanpa adanya vaksin COVID-19 yang efektif.
Coates yang berasal dari Australia, kepala Komisi Koordinasi IOC untuk Olimpiade, mengatakan komen presiden JMA Yoshitake Yokokura adalah "opini".
Baca juga: Tanpa vaksin, Olimpiade Tokyo diragukan bisa digelar tahun depan
"Tapi saran yang kami dapat dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) mengatakan kami harus melanjutkan rencana untuk tanggal itu dan itu lah yang kami kerjakan, dan tidak bergantung pada vaksin," kata Coates kepada Australian Associated Press.
"Adanya vaksin akan baik.
"Tapi kami akan terus dibimbing, seperti yang seharusnya, oleh WHO dan otoritas kesehatan Jepang karena dalam semua ini, kesehatan dan kesejahteraan atlet dan peserta lainnya dalam Olimpiade adalah prioritas nomor satu."
Olimpiade, yang semula akan dimulai Juli tahun ini, telah dijadwal ulang pada 2021, yang akan digelar sejak 23 Juli hingga 8 Agustus.
Penundaan itu merupakan pukulan besar bagi Jepang, yang telah menghabiskan 13 miliar dolar AS untuk persiapannya.
Presiden Tokyo 2020 Yoshiro Mori mengatakan dalam wawancara yang dipublikasikan Selasa, bahwa Olimpiade akan "dibatalkan" jika tidak diselenggarakan pada 2021.
Jepang telah mencatat lebih dari 13.000 orang terinfeksi COVID-19 dan hampir 400 meninggal dunia, demikian Reuters.
Baca juga: Olimpiade tahun depan dibatalkan jika pandemi belum berakhir
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: