Serang (ANTARA News) - Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Banten Cepi Suwardi menyatakan semburan lumpur di kampung Asatana Agung, Desa Walikukun, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang dinyatakan aman bagi warga.

Menurut Cepi di Serang, Selasa, berdasarkan hasil penelitian sementara yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), semburan lumpur tersebut aman bagi manusia.

"Hasil penelitian awal, gas metan yang terkandung dalam lumpur itu tidak membahayakan, karena kadarnya sangat rendah, hanya 0,7 persen," katanya.

Ia mengatakan, semburan lumpur di kampung Asatana itu berbeda dengan lumpur Lapindo di Sidoarjo (Jawa Timur).

Usai menerima laporan mengenai hasil penelitian tersebut, ia menjelaskan debit semburan lumpur di Serang hanya 5,7 liter per detik atau 4.904 liter per hari, sedangkan di Sidoarjo debit semburan lumpurnya mencapai 120 ribu meter kubik per hari.

"Karena dinyatakan aman, saat ini air luapan semburan lumpur dari sumur itu dialirkan ke saluran irigasi persawahan dan bisa dimanfaatkan untuk pengairan pertanian," katanya.

Meski demikian, hasil penelitian tersebut masih merupakan kajian awal, dan berdasarkan visual airnya memang bisa dimanfaatkan untuk pengairan sawah.

"Ini baru kajian awal, karena secara visual airnya bisa terlihat dan langsung dialirkan ke irigasi pertanian," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Banten Budhi Priatna mengatakan, di wilayah ini terdapat banyak daerah yang memiliki kandungan gas alam.

Di Kabupaten Serang sendiri terdapat tiga kecamatan yang memiliki sebaran gas metan, yakni Kecamatan Kasemen, Pontang dan Carenang.

"Dari pengamatan topografi, sebaran gas methan berada di pesisir utara di Serang, antara lain di Kecamatan Kasemen, Pontang dan Carenang. Ketiga kecamatan ini berada pada garis yang sama," katanya.

Hingga saat ini semburan air bercampur lumpur di Kampung Astana Agung, Desa Walikukun masih terjadi, namun semburannya tidak sebesar pada awal kejadian.

Proyek sumur beserta bangunan Pusat Kesehatan Desa yang dibangun di Serang itu dibiayai sebuah LSM dari Jepang, yakni PH Japan Foundation melalui Dinas Kesehatan Serang.

Pelaksanaan atau pekerjaan di lapangan ditangani PT Sindiro. Tetapi oleh perusahaan yang berkedudukan di Bekasi, Jabar ini proyek tersebut disubkan ke PT Bimasakti yang berkedudukan di Jakarta. (*)