Korut Mungkin Gunakan Gaya Gerilya Jika Pecah Perang
23 Juni 2009 16:45 WIB
Tentara Korea Utara (atas) melihat ke arah selatan menggunakan teropong, ketika tentara Korea Selatan berjaga di sisi sebaliknya di zona gencatan senjata, yang memisahkan dua Korea di Paju, Selasa (9/6). (ANTARA/REUTERS-Jo Yong-Hak)
Seoul (ANTARA News) - Jenderal pemimpin pasukan Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan Selasa mengatakan, Korea Utara tampaknya akan menerapkan taktik gerilya jika perang pecah di semenanjung tersebut. Taktik tersebut mungkin akan digunakan Korut baik terhadap penduduk sipil maupun militer.
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Jenderal Walter Sharp mengatakan dalam pidatonya kepada para petugas militer Korea Selatan, bahwa pasukan komando Korea Utara juga diduga akan menggunakan alat-alat peledak.
"Saya meyakini selain kita akan menghadapi serangan konvensional besar-besaran, kita juga menghadapi peledak yang dimodifikasi dan gerilyawan," kata Sharp dalam pidatonya.
Bom-bom buatan itu ditargetkan kepada penduduk sipil di samping pasukan AS dan Korea Selatan, yang akan diperkuat untuk bisa mengatasi ancaman-ancaman demikian, kata Sharp.
"Latihan yang realistis menjamin bahwa Korea Selatan telah mempersiapkan diri sepenuhnya untuk menghadapi musuh, musuh yang akan menggunakan bom buatan, yang bersembunyi di antara penduduk dan menyerang kita serta warga sipil," katanya.
"Musuh ini akan meminta kita untuk menggunakan senjata-senjata kita yang lebih tepat, untuk mengurangi korban di kalangan penduduk sipil dan jaminan dari kerusakan."
Buku putih pertahanan Seoul mengatakan, Korea Utara, yang mempunyai 180.000 prajurit khusus, telah meningkatkan kemampuannya untuk melakukan serangan malam, latihan pendakian gunung dan perang di jalanan untuk menghadapi Korea Selatan.
Ketegangan telah meningkat sejak Korea Utara mengadakan uji coba senjata nuklirnya yang kedua pada 25 Mei, dan kemudian meluncurkan serangkaian rudal jarak pendeknya, sebelum menarik diri dari gencatan senjata 1953 yang mengakhiri permusuhan dengan Korea Selatan, dalam Perang Korea 1950-53.
Sekitar 680.000 tentara Korea Selatan, didukung oleh 28.500 tentara Amerika, menghadapi militer Korea Utara yang berkekuatan 1,2 juta tentara.(*)
Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa Jenderal Walter Sharp mengatakan dalam pidatonya kepada para petugas militer Korea Selatan, bahwa pasukan komando Korea Utara juga diduga akan menggunakan alat-alat peledak.
"Saya meyakini selain kita akan menghadapi serangan konvensional besar-besaran, kita juga menghadapi peledak yang dimodifikasi dan gerilyawan," kata Sharp dalam pidatonya.
Bom-bom buatan itu ditargetkan kepada penduduk sipil di samping pasukan AS dan Korea Selatan, yang akan diperkuat untuk bisa mengatasi ancaman-ancaman demikian, kata Sharp.
"Latihan yang realistis menjamin bahwa Korea Selatan telah mempersiapkan diri sepenuhnya untuk menghadapi musuh, musuh yang akan menggunakan bom buatan, yang bersembunyi di antara penduduk dan menyerang kita serta warga sipil," katanya.
"Musuh ini akan meminta kita untuk menggunakan senjata-senjata kita yang lebih tepat, untuk mengurangi korban di kalangan penduduk sipil dan jaminan dari kerusakan."
Buku putih pertahanan Seoul mengatakan, Korea Utara, yang mempunyai 180.000 prajurit khusus, telah meningkatkan kemampuannya untuk melakukan serangan malam, latihan pendakian gunung dan perang di jalanan untuk menghadapi Korea Selatan.
Ketegangan telah meningkat sejak Korea Utara mengadakan uji coba senjata nuklirnya yang kedua pada 25 Mei, dan kemudian meluncurkan serangkaian rudal jarak pendeknya, sebelum menarik diri dari gencatan senjata 1953 yang mengakhiri permusuhan dengan Korea Selatan, dalam Perang Korea 1950-53.
Sekitar 680.000 tentara Korea Selatan, didukung oleh 28.500 tentara Amerika, menghadapi militer Korea Utara yang berkekuatan 1,2 juta tentara.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tags: