Jakarta (ANTARA News) - Pasar lelang fisik CPO online yang diluncurkan Bursa Berjangka Jakarta, Selasa, ditargetkan menyerap 20
persen produksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang mencapai 2,5 juta ton per tahun.
"Kita targetkan semua yang selama ini dijual di KPB (Kantor Pemasaran Bersama) PTPN bisa dijual di pasar lelang fisik CPO ini, yaitu 20 persen dari produksi PTPN," kata Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bapepti) Dedi Saleh, usai peresmian pasar lelang fisik CPO, di Jakarta, Selasa.
Meski target volume perdagangan lelang online CPO tidak besar, namun ia optimistis harga yang terbentuk tetap dapat menjadi referensi penetapan harga CPO dunia pada masa depan.
"Dalam perdagangan bursa yang paling penting itu pembentukan harga, reference price bukan ditentukan oleh besarnya volume penjualan, tidak perlu 100 persen masuk," jelasnya.
Yang penting adalah melibatkan sebanyak mungkin produsen dan pembeli untuk aktif bertransaksi di pasar lelang online tersebut. Saat ini, pasar lelang fisik CPO yang terorganisir secara online baru diikuti oleh sebelas penjual yaitu 10 PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI).
"Produksi PTPTN itu hanya 14 persen dari total produksi nasional. Jadi 20 persen dari 14 persen relatif kecil, sekarang pekerjaan rumah kita adalah mengajak swasta masuk ke dalam bursa ini, praktiknya baik dengan elektronik dengan transparan dan murah, yang swasta tertarik untuk masuk sehingga terbentuk harga," jelasnya.
Pada kesempatan itu Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu
menjelaskan volume perdagangan pasar lelang sepuluh persen saja sudah cukup untuk membentuk harga referensi CPO di dalam negeri.
"Pembentukan harga referensi itu penting untuk standar harga baik untuk nasional maupun internasional. Itu yang akan lebih membuat
ekspor dan produksi penggunaan produk CPO dan bahan baku lebih
tertata dengan harga yang lebih transparan dan fair," tuturnya.
Mendag menambahkan pasar lelang fisik yang dilakukan BBJ secara
online akan memudahkan penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi.
"Pembeli dan penjual tidak perlu datang ke kantor KPB karena itu dengan online, dia bisa bekerja dari kantornya masing-masing," kata Mendag.
Proses lelang di BBJ juga dinilai lebih transparan dan adil karena harga patokan yang ditentukan penjual sudah ditentukan satu menit sebelum lelang dimulai. "Kalau lelang di KPB, harga baru diketahui setelah pemenang ditetapkan," ujar Mendag.
Biaya transaksi bagi masing-masing penjual dan pembeli juga dipatok jelas sebesar Rp1 (satu rupiah) per kilogram per transaksi.
"Keuntungan lainnya dari sistem online ini adalah lelang bisa dilakukan sebanyak lima sesi perhari, sedangkan lelang di KPB hanya bisa satu sesi per hari," jelasnya.
Direktur Utama BBJ, Hasan Zein Mahmud menambahkan pasar lelang fisik CPO yang terorganisir itu baru menjual dua jenis kualitas CPO yaitu yang kandungan asam lemak bebasnya 3,5 persen sampai lima persen dan di bawah lima persen.
Hasan menjamin transaksi yang dilakukan aman dari potensi gagal bayar atau gagal serah karena setiap peserta harus memiliki garansi bank sebesar Rp500 juta sebelum bisa bergabung dalam pasar lelang online.
"Kalau pembeli gagal bayar, maka garansi bank diserahkan kepada
penjual. Kalau penjual gagal serah maka garansi bank diserahkan
kepada pembeli. Selain itu ada tindakan adminstratif, kalau mereka
gagal memenuhi kewajikan, pelaku akan kita suspend (dibekukan) dari
kegiatan lelang," tambahnya. (*)
Target Lelang CPO Online Serap 20 Persen Produksi PTPN
23 Juni 2009 15:53 WIB
Bursa Berjangka Jakarta, Harumdana Berjangka(ANTARA/Andika Wahyu)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
Tags: