Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia mendorong pelaku e-commerce melayani secara cepat dan gencar kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk makanan segar melalui penyesuaian sistem logistik dan pemasaran untuk produk tersebut.

"Melihat adanya kebutuhan masyarakat produk makanan segar di ranah online sebagai akibat dampak pandemi COVID-19 dengan demikian para pelaku e-commerce dan marketplace online harus melakukan penyesuaian sistem," ujar Head of Public Policy and Government Relations Shopee, Radityo Triatmojo dalam diskusi online di Jakarta, Selasa.

Menurut Radityo, sebelum munculnya pandemi tidaklah umum bagi sebuah e-commerce untuk melayani secara gencar kebutuhan makanan segar, seperti daging, ikan dan sayuran.Kenapa? Karena para pelaku e-commerce dan marketplace online juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk memasarkan dan melayani secara aktif terhadap permintaan makanan-makanan yang non-segar yang bisa dikirim dalam waktu dua sampai tiga hari.

"Bagi para pedagang dan UMKM makanan segar yang sebelumnya berjualan di pasar tradisional, sekarang mereka dapat berjualan di dalam e-commerce. Sebelumnya hal ini hanya terbatas di beberapa perusahaan e-commerce, tetapi saat ini praktis masyarakat bisa mendapatkan produk makanan segar di semua e-commerce," katanya.

Lebih lanjut Radityo mengatakan, adanya penyesuaian penjualan dan pemasaran produk-produk makanan segar dalam e-commerce juga menuntut penyesuaian sistem logistik pengiriman produk makanan tersebut.

Selain itu, penjualan dan pemasaran produk di e-commerce juga perlu dikawal ketersediaan real stock barang yang dimilii penjual secara seketika untuk memberikan kepuasan konsumen.

Sebelumnya Peneliti ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Tallatov menyarankan agar UMKM bisa menjadikan pandemi COVID-19 sebagai peluang untuk memanfaatkan teknologi informasi atau IT.

Abra mengambil contoh bagaimana saat ini masyarakat sedang kesulitan membeli bahan sembako karena takut, dimanfaatkan para anak-anak muda untuk melahirkan banyak aplikasi online yang menawarkan jasa pengiriman atau pengantaran bahan-bahan sembako.

Harapannya aplikasi-aplikasi ini langsung menyentuh ke level produsen yakni petani dan nelayan di mana ada anak-anak muda yang memetakan kebutuhan wilayah terhadap bahan-bahan pokok seperti beras, gula seberapa banyak dan kemudian suplai serta pasokannya dari daerah-daerah mana yang bisa menyuplai kebutuhan tersebut.

Baca juga: Aftech: Sekitar 23,4 persen fintech alami dampak positif di era COVID

Baca juga: Indef nilai "urban farming" akan berperan penting pascapandemi COVID