Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 16 etnis Tionghoa dari Surabaya, Mojokerto, dan Jombang, menyatakan bangga menerima SK MenkumHAM tentang status Warga Negara Indonesia (WNI), karena status itu membuat mereka bisa ikut Pemilu Presiden (Pilpres) 2009.

"Saya bangga dan bersyukur. Saya bangga karena menjadi orang Indonesia dan saya bersyukur karena status itu membuat kami dapat mencoblos (ikut pemilu/pilpres)," kata Tang Yu Sing asal Jl. Gersikan, Surabaya, setelah menerima status WNI di Surabaya, Selasa.

Didampingi istri dan dua anaknya yang sudah menjadi WNI terlebih dahulu, ia mengaku dirinya sudah 15 tahun mengurus status WNI, namun terkendala posisinya yang bermukim di Malang tapi menjadi karyawan di Surabaya.

"Syarat untuk mendapatkan status WNI itu harus bolak-balik Surabaya-Malang, padahal saya sudah dimarahi majikan saya, karena itu saya memilih pekerjaan dibanding mengurus status WNI, sehingga status saya pun terkatung-katung," katanya.

Namun, katanya, Tuhan ternyata menolong dirinya, karena akhirnya ada "pemutihan" untuk status kewarganegaraan dengan prosedur baru yang lebih mudah, sehingga dirinya pun mengurusnya melalui Lembaga Bantuan Pewarganegaraan (LPB) Jatim.

"Hanya dua minggu, ternyata SK dari MenkumHAM sudah keluar. Saya senang sekali, karena hanya mengurus sedikit persyaratan dan biaya administrasi senilai Rp250.000,00 maka semuanya beres," katanya.

Secara terpisah, Ketua LBP Jatim, Tjandra Wuriyanto, mengatakan etnis Tionghoa di Jatim berjumlah sekitar 40 ribu, sedangkan di seluruh Indonesia berkisar 18 juta, namun hampir semua etnis Tionghoa di Jatim sudah berstatus WNI.

"Sekarang mungkin tinggal 300-an orang yang masih belum selesai statusnya. Kalau sudah memiliki status itu, mereka dapat meneruskan untuk mengurus KTP dan KSK dengan prosedur yang juga mudah," katanya.

Acara penyerahan 16 SK MenkumHAM terkait status WNI itu dipimpin Sekretaris LBP Jatim Hendi Prayogo dengan diawali menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dan diakhiri dengan doa yang dipimpin Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jatim, Joos Soetomo.

"Hari ini, mereka menjadi WNI, tapi hati mereka sudah lama menjadi orang Indonesia, karena itu mereka bertekad menjadi orang Indonesia yang baik seperti Hartono, Liem Swie King, dan sebagainya yang harus mengubur citra negatif orang-orang Tionghoa," kata Joos Soetomo. (*)