Demi pengakuan UNESCO, Candi Muara Jambi dikelola bersama komunitas
28 April 2020 21:48 WIB
Pengelolaan Candi Muara Jambi akan menerapkan pola komunitas yang ada di kawasan percandian, demikian dikatakan Penjabat Sekda Provinsi Jambi Sudirman pada video conference bertema Bincang-Bincang Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi di ruang utama Kantor Gubernur Jambi, Selasa (28/4/2020). (ANTARA/HO/Humas Pemprov Jambi)
Jambi (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jambi akan melibatkan komunitas dalam pengelolaan Candi Muara Jambi guna memenuhi salah satu syarat pengajuannya sebagai situs warisan dunia ke UNESCO.
"Video conference bersama Dirjen Kebudayaan dan beberapa teman dari komunitas tadi intinya adalah upaya kita bersama dalam rangka mengembangkan kawasan percandian Muara Jambi menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk semuanya, baik itu sektor pariwisata, ekonomi, budaya dan sejarah. Untuk itu, pengelolaan Candi Muaro Jambi nantinya akan kita terapkan menggunakan pola komunitas yang ada di kawasan percandian tersebut," kata Sekda Provinsi Jambi Sudirman dalam video conference bertema Bincang-Bincang Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi di ruang utama Kantor Gubernur, Jambi, Selasa.
Baca juga: Pemugaran di cagar budaya Muaro Jambi masih terus dilakukan
Menurut dia, pengelolaan Candi Muara Jambi berbeda dengan pengelolaan Candi Borobudur yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta. Saat ini sudah ada beberapa komunitas pelestari dan pengembangan Candi Muara Jambi ikut mengelola.
"Semoga pengelolaannya akan menjadi lebih baik lagi melalui pola komunitas yang diterapkan, di mana saat ini sudah mulai tumbuh komunitas-komunitas yang peduli dengan Candi Muara Jambi," kata Sudirman.
Sudirman menjelaskan, komunitas tersebut merupakan masyarakat sekitar candi yang peduli dengan warisan budaya. Mereka yang nantinya membantu pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dan mengelola Candi Muara Jambi.
Baca juga: Candi Muaro Jambi dan janji-janji pengembangannya
"Semoga dengan pengelolaan secara mandiri melalui pola komunitas bisa lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan melalui pihak swasta," ujar dia.
Sudirman mengatakan ada beberapa catatan penting yang harus menjadi perhatian bersama untuk menjadikan Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, salah satunya adalah kemanfaatan dari keberadaan candi tersebut bagi masyarakat sekitar harus membawa dampak yang positif, bukan hanya dari segi pariwisata saja.
"Beberapa catatan penting itulah yang menjadi tugas kita bersama dalam melakukan pengelolaan Candi Muara Jambi, sehingga UNESCO bisa menetapkan Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia. Kita nantinya akan mengembangkan sistem zonasi untuk kawasan percandian Muara Jambi dan menghidupkan kembali kanal kanal yang ada sebagai salah satu upaya dalam mendorong Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia," kata Sudirman.
Baca juga: Panen duku di kawasan wisata Candi Muaro Jambi
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid mengatakan dampak dari COVID-19 sangat luas sekali, salah satunya adalah terhentinya rencana pengembangan kawasan cagar budaya nasional Muara Jambi yang sudah sejak awal direncanakan bersama oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
"Saya kira masa COVID-19 ini merupakan suatu kesempatan bersama untuk memperbaiki semuanya terkait tata kelola yang lebih baik kedepannya pada suatu cagar budaya, khususnya kawasan percandian Muara Jambi," kata Hilmar.
Hilmar mengingatkan, dalam melakukan pengembangan kawasan percandian Muara Jambi bukan hanya fokus pada fisiknya saja berupa peninggalan-peninggalan sejarah tapi harus juga mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang muncul dari masa ke masa terkait dengan kepedulian terhadap situs cagar budaya yang ada, contohnya tentang kepedulian pengetahuan tradisional yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Baca juga: Candi Muaro Jambi diharapkan mendunia lewat api Asian Games 2018
"Saya yakin di kawasan percandian Muara Jambi ini banyak sekali pengetahuan tradisional, baik dari segi lingkungan maupun tanamannya karena kawasannya berdekatan dengan hutan yang kaya akan sumber daya. Saya mengharapkan kedepannya, kawasan percandian Muaro Jambi ini bisa lebih mengedepankan kepedulian terhadap pengetahuan-pengetahuan terkait dengan situs yang ada, khususnya tradisi," ujar Hilmar.
"Video conference bersama Dirjen Kebudayaan dan beberapa teman dari komunitas tadi intinya adalah upaya kita bersama dalam rangka mengembangkan kawasan percandian Muara Jambi menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk semuanya, baik itu sektor pariwisata, ekonomi, budaya dan sejarah. Untuk itu, pengelolaan Candi Muaro Jambi nantinya akan kita terapkan menggunakan pola komunitas yang ada di kawasan percandian tersebut," kata Sekda Provinsi Jambi Sudirman dalam video conference bertema Bincang-Bincang Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi di ruang utama Kantor Gubernur, Jambi, Selasa.
Baca juga: Pemugaran di cagar budaya Muaro Jambi masih terus dilakukan
Menurut dia, pengelolaan Candi Muara Jambi berbeda dengan pengelolaan Candi Borobudur yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta. Saat ini sudah ada beberapa komunitas pelestari dan pengembangan Candi Muara Jambi ikut mengelola.
"Semoga pengelolaannya akan menjadi lebih baik lagi melalui pola komunitas yang diterapkan, di mana saat ini sudah mulai tumbuh komunitas-komunitas yang peduli dengan Candi Muara Jambi," kata Sudirman.
Sudirman menjelaskan, komunitas tersebut merupakan masyarakat sekitar candi yang peduli dengan warisan budaya. Mereka yang nantinya membantu pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dan mengelola Candi Muara Jambi.
Baca juga: Candi Muaro Jambi dan janji-janji pengembangannya
"Semoga dengan pengelolaan secara mandiri melalui pola komunitas bisa lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan melalui pihak swasta," ujar dia.
Sudirman mengatakan ada beberapa catatan penting yang harus menjadi perhatian bersama untuk menjadikan Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, salah satunya adalah kemanfaatan dari keberadaan candi tersebut bagi masyarakat sekitar harus membawa dampak yang positif, bukan hanya dari segi pariwisata saja.
"Beberapa catatan penting itulah yang menjadi tugas kita bersama dalam melakukan pengelolaan Candi Muara Jambi, sehingga UNESCO bisa menetapkan Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia. Kita nantinya akan mengembangkan sistem zonasi untuk kawasan percandian Muara Jambi dan menghidupkan kembali kanal kanal yang ada sebagai salah satu upaya dalam mendorong Candi Muara Jambi sebagai situs warisan dunia," kata Sudirman.
Baca juga: Panen duku di kawasan wisata Candi Muaro Jambi
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid mengatakan dampak dari COVID-19 sangat luas sekali, salah satunya adalah terhentinya rencana pengembangan kawasan cagar budaya nasional Muara Jambi yang sudah sejak awal direncanakan bersama oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
"Saya kira masa COVID-19 ini merupakan suatu kesempatan bersama untuk memperbaiki semuanya terkait tata kelola yang lebih baik kedepannya pada suatu cagar budaya, khususnya kawasan percandian Muara Jambi," kata Hilmar.
Hilmar mengingatkan, dalam melakukan pengembangan kawasan percandian Muara Jambi bukan hanya fokus pada fisiknya saja berupa peninggalan-peninggalan sejarah tapi harus juga mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang muncul dari masa ke masa terkait dengan kepedulian terhadap situs cagar budaya yang ada, contohnya tentang kepedulian pengetahuan tradisional yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Baca juga: Candi Muaro Jambi diharapkan mendunia lewat api Asian Games 2018
"Saya yakin di kawasan percandian Muara Jambi ini banyak sekali pengetahuan tradisional, baik dari segi lingkungan maupun tanamannya karena kawasannya berdekatan dengan hutan yang kaya akan sumber daya. Saya mengharapkan kedepannya, kawasan percandian Muaro Jambi ini bisa lebih mengedepankan kepedulian terhadap pengetahuan-pengetahuan terkait dengan situs yang ada, khususnya tradisi," ujar Hilmar.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2020
Tags: