New York,(ANTARA News) - Dolar AS diperdagangkan terutama menguat pada Senin waktu setempat, di tengah kegelisahan pasar keuangan yang memicu aliran baru `safe haven` (tempat berlindung yang aman), sementara euro terpukul kekhawatiran tentang defisit anggaran dan perbankan di zona euro.

Perdagangan berlangsung hati-hati karena pasar menunggu hasil pertemuan dua hari kebijakan moneter Federal Reserve AS, demikian dikutip dari AFP.

Pada 2100 GMT, euro merosot menjadi 1,3856 dolar dari 1,3934 dolar di New York pada akhir Jumat. Terhadap mata uang Jepang, dolar turun menjadi 95,86 yen dari 96,31 yen pada Jumat.

Euro turun membalikkan kenaikan yang dibuat dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh minat para investor terhadap aset berisiko.

Dengan pasar saham global terpukul keras pada Senin, mata uang dolar menjadi pilihan bersama dengan yen.

"Dolar mengawali pekan ini dengan dukungan sangat kuat karena pasar saham di bawah tekanan," kata Sacha Tihanyi dari Scotia Capital.

"Ada peningkatan spekulasi bahwa kehausan risiko telah berlebihan untuk sementara waktu."

Jon Gencher dari BMO Capital Markets juga menunjuk terhadap penghindaran risiko (risk aversion) baru.

"Di bagian atas, dari ketegangan politik yang berasal dari Korea Utara dan Iran, (pasar mempelajari itu) Bank Dunia memangkas proyeksi ekonomi global untuk tahun 2009 dan (dari) kemungkinan penurunan peringkat kredit untuk negara bagian California," katanya.

Gencher mengatakan, yen telah membantu oleh laporan yang menunjukkan industri jasa Jepang tumbuh 2,2 persen pada April dengan sektor manufaktur menjadi kurang pesimistis, "yang akan menunjuk pada sebuah perbaikan dalam semua laporan penting Tankan, yang akan keluar minggu depan."

Analis CurrenciesDirect Phil McHugh mengatakan, penurunan euro adalah "karena perbankan ketakutan yg bergerak pelan-pelan kembali ke tempat semula."

"Bank Sentral Eropa telah memperingatkan bahwa wilayah itu mungkin menghadapai kerugian lain 283 miliar euro pada akhir tahun depan dan tampaknya bahwa keburukan masih muncul untuk sektor perbankan Eropa," kata McHugh.(*)