Serang (ANTARA News) - Dinas Pertambangan dan Energi Banten meminta masyarakat di sekitar semburan lumpur di Desa Walikukun, Carenang, Serang, Banten, tidak panik karena semburan lumpur di daerah itu memiliki karakter berbeda dengan sembulan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jatim.

Menurut Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Banten, Eko Palmadi, mengatakan, semburan yang ditimbulkan oleh gas metan itu akan mengecil dan berhenti dengan sendirinya.

Peristiwa seperti itu, kata dia di Serang Senin, bukan kali pertama terjadi di Kabupaten Serang bagian utara karena daerah ini memiliki banyak kantong-kantong gas metan.

"Saya meminta masyarakat agar tidak panik menyusul semburan gas yang terjadi di bangunan pusat kesehatan desa (Puskesdes) itu," katanya.

Sementara untuk menghentikan dengan menutup lubang semburan, menurut Eko belum memungkinkan karena semburannya masih kuat meski tidak setinggi ketika awal terjadi semburan yang mencapai 15 meter.

"Kami menunggu semburan itu mengecil dan berkurang," katanya.

Saat ini, semburan relatif kecil dan ketinggiannya hanya di bawah satu meter.

Kemungkinan dua hari mendatang diharapkan sudah mengecil dan bisa dilakukan pengurugan atau penutupan pada galian sumur bor yang mengeluarkan gas metan tersebut.

"Saya yakin dua hari dapat dihentikan dengan penutupan galian sumur, sehingga tidak mengeluarkan gas maupun lumpur pasir," ujar Eko.

Senada dengan Eko, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah saat meninjau lokasi juga meminta masyarakat tenang dan bekerja seperti biasa, karena semburan lumpur dan gas ini tidak membahayakan.

"Saya sudah menginstruksikan kepada instansi terkait untuk menangani kasus semburan lumpur itu," katanya.
(*)