Teheran (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 10 orang tewas dalam kerusuhan terbaru yang mengguncang Teheran, demikian laporan stasiun televisi resmi, pada Ahad.
AFP melaporkan , oposisi meningkatkan tantangan terhadap penguasa, sementara calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi, melontarkan kecaman yang tidak pernah terjadi sebelumnya terhadap pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei setelah sehari kerusuhan mematikan di ibukota Iran, Teheran.
Dalam satu pernyataan Ahad larut malam, Mousavi memberitahu pendukungnya, "Memprotes kebohongan dan kecurangan adalah hak anda."
Dalam dukungan nyata bagi berlanjutnya demonstrasi, ia berkata, "Dalam protes anda, tetaplah menahan diri dari kekerasan ... Saya sebagai salah seorang yang berduka (atas pembunuhan Sabtu) mengundang rakyat tercinta untuk menahan diri. Bangsa ini milik anda."
Kelompok pemikir independen Inggris, Chatham House, menyatakan hasil pemilihan umum memperlihatkan "kejanggalan" dalam hasil dan perubahan "yang sangat tinggi" kepada Presiden Mahmoud Ahamadinejad, demikian hasil analisis yang disiarkan pada Ahad.
Pasti telah terjadi perubahan radikal dalam pola pemberian suara di pedesaan dan perubahan "yang sangat tinggi" dalam hati bekas pemilih pembaruan buat Ahmadinejad agar menang, demikian kesimpulan studi itu.
Stasiun televisi Iran melaporkan 10 orang tewas dan lebih dari 100 orang lagi cedera di Teheran, Sabtu, sehingga korban jiwa yang dilaporkan media resmi dalam satu pekan kerusuhan naik jadi sedikitnya 17. Stasiun TV tersebut menyalahkan "teroris" yang membawa senjata api dan bahan peledak sebagai pemicu pristiwa itu.
Para pemimpin Iran, yang berjuang memadamkan protes besar di jalan yang berkecamuk sejak pemilihan umum yang jadi sengketa 12 Juni dan mengembalikan Ahmadinejad ke tampuk pimpinan, mengecam negara Barat, media asing dan oposisi di pengasingan.
Beberapa saksi mata menyatakan polisi dan anggota relawan milisi Basij berpatroli di daerah bentrokan di Teheran tapi tampaknya tak ada demonstrasi oposisi yang telah menenggelamkan ibukota Iran setiap hari selama satu pekan.
Media asing telah dilarang meliput unjuk rasa sebagai bagian dari pembatasan ketat baru atas pekerjaan mereka.
Ahmadinejad dengan keras memberitahu Amerika Serikat dan Inggris agar berhenti ikut-campur setelah Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki menuduh London berencana selama dua tahun untuk menyabot pemilihan umum.
"Dengan mengeluarkan komentar tergesa-gesa, anda takkan memiliki tempat di lingkungan teman bangsa Iran. Jadi, saya menyarankan anda memperbaiki sikap campur-tangan anda," kata Ahmadinejad.(*)
Korban Ricuh Pilpres Iran Bertambah
22 Juni 2009 07:53 WIB
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tags: