Jakarta (ANTARA News) - Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As`ad Said Ali menegaskan, BIN tetap netral dalam Pemilihan Umum Presiden (pilpres) 2009.

"Sejak dulu kita selalu netral. Memang ada yang mengatakan BIN tidak netral, namun itu hanya persepsi. Faktanya mesti dicek dan ricek dulu," katanya, usai acara bedah buku yang ditulisnya, "Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa" di Wisma ANTARA Jakarta, Kamis.

Sebagai bukti masih netral, kata As`ad, jajaran BIN tidak pernah terlibat dalam kampanye salah satu calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres).

Menjawab bagaimana BIN memisahkan antara kepentingan negara dengan kepentingan pemerintahan berkuasa, dia mengatakan, BIN loyal kepada negara.

"BIN loyal kepada negara, bukan kepada kepentingan tertentu," kata petinggi intel yang pernah bertugas di berbagai negara Timur Tengah itu.

Ditanya kehadiran intel di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pilpres, As`ad mengatakan, untuk pengamanan.

"Itu untuk pengamanan karena diminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membantu," katanya.

As`ad mengatakan, BIN sangat menghormati proses demokrasi karena itu tidak mau terlibat dalam kampanye capres-cawapres.

Ia juga menyebutkan tidak pernah diminta capres-cawapres tertentu untuk memberikan dukungan.

"Tidak pernah ada instruksi dari presiden (SBY) agar memberikan dukungan dalam pilpres. Bahkan Pak SBY pernah mengatakan kepada saya, As`ad apabila ke pesantren-pesantren jangan mengampanyekan saya," kata As`ad menirukan ucapan SBY.

Sebelumnya, Prabowo Subianto, salah satu cawapres, meminta agar BIN tetap netral dalam pilpres.

"BIN harus netral, karena BIN bekerja untuk negara, bukan untuk perorangan," ujar Prabowo usai menandatangani kontrak politik dengan perwakilan BEM se-Indonesia di Aula Pesona Khayangan, Jl Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Selasa (16/6).

Prabowo mengaku tidak tahu apakah BIN telah disusupi atau digunakan untuk kepentingan capres-cawapres tertentu.

"Saya tidak tahu. Biasanya anda-anda lebih tahu. Wartawan kan banyak intelnya," canda Prabowo. (*)