Palembang (ANTARA) - Permasalahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan yang memiliki lahan gambut yang cukup luas dan kawasan hutan yang mencapai 3,5 juta hektare selalu terjadi pada setiap musim kemarau.

Permasalahan tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan baik terbukti pada saat Kota Palembang, menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 pada tahun 2018, Ibu kota Provinsi Sumsel itu terbebas dari bencana kabut asap sehingga atlet dapat menyelesaikan pertandingan berbagai cabang olahraga tanpa terganggu asap Karhutla.

Untuk mengatasi permasalahan itu Badan Restorasi Gambut (BRG) sejak beberapa tahun terakhir berupaya memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar desa gambut.

Kegiatan pemberdayaan seperti membina pertanian tanpa membakar dan ekonomi produktif sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakatnya di desa gambut.

Dinamisator BRG Sumatera Selatan DD Shineba menjelaskan bahawa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat desa di bidang ekonomi produksi, pihaknya melakukan pembinaan membuat aneka kerajinan tangan, pengolahan hasil kebun menjadi makanan ringan, dan dalam kondisi pandemi COVID-19 masyarakat kesulitan memperoleh alat pelindung diri, dilakukan pembinaan produksi masker kain.

Sedangkan pembinaan pertanian tanpa membakar, pihaknya terus menggalakkan kegiatan sekolah lapang bagi petani gambut agar mampu menjaga lahan gambut tidak terbakar dan kegiatan pertanian bisa berjalan baik meskipun pada kondisi musim kemarau.

Kegiatan sekolah lapang itu digalakkan di kabupaten yang memiliki lahan gambut yang luas dan rawan terbakar pada setiap musim kemarau, seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Pemberdayaan masyarakat dan sekolah lapang bagi petani di desa gambut merupakan tindakan yang diharapkan bisa mencegah terjadinya kebakaran lahan gambut di Sumsel dan beberapa provinsi lainnya.

Untuk penyelenggaraan sekolah lapang pada tahun 2020 ini, BRG melibatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) agar bisa memberikan penjelasan mengenai kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan banyak kerugian ekonomi, gangguan kesehatan masyarakat, dan kerusakan lingkungan, ujar Shineba.

Sementara sebelumnya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Iriansyah menambahkan menghadapi musim kemarau tahun ini pihaknya lebih intensif melakukan pemantauan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan untuk mencegah bencana kabut asap.

Beberapa daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menjadi perhatian utama pihaknya seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Musirawas.

Mengantisipasi Karhutla di sejumlah daerah rawan tersebut pada tahun 2020 ini dialokasikan dana yang cukup besar sekitar Rp37 miliar, ujar Iriansyah.

Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumsel, Nasrun Umar, saat melakukan 'video conference' di pusat komando (Command Centre) Kantor Gubernur, Kamis (16/4) bersama Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono dalam rangka pencegahan Karhutla 2020 pihaknya telah memetakan 10 kabupaten rawan karhutla dan mengalokasikan dana penanggulangannya.

Dalam kaitan antisipasi Karhutla tahun 2020 ini, kegiatan yang sedang dan telah dilakukan pihaknya di antaranya pada 18 November 2019 melakukan sinergi program pencegahan dan penanggulangan Karhutla antara Pemprov Sumsel dengan seluruh kabupaten/kota.

Kemudian, telah dibentuk tim terpadu pencegahan dan penanganan Karhutla berdasarkan SK Gubernunur yang diketuai langsung Sekda yang dibagi dalam tujuh bidang program kerja.

Program kerja tersebut yakni program perencanaan, deteksi dini, bidang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat petani, bidang sosialisasi, evaluasi, patroli dan program bidang monev.

Selain itu pihaknya juga melakukan sosialisasi penegakan hukum pada 180 unit usaha kegiatan, terkait pencegahan, sanksi dan proses penegakan hukum Karhutla.

Meluncurkan aplikasi Lancang Kuning Nusantara, yakni aplikasi untuk monitoring penanganan kebakaran hutan dan lahan secara 'webscreming' yang dilakukan Polda Sumsel.

Melalui tim terpadu dengan berpedoman protokol antisipasi penyebaran COVID-19 mengenai 'social distancing', tim tetap melaksanakan evaluasi kesiapsiagaan pengendalian Karhutla terhadap unit usaha, kegiatan dan membangun komitmen dengan unit-unit usaha di sektor perkebunan dan kehutanan serta pencegahan Karhutla 2020, ujar Sekda Nasrun.

Baca juga: BRG ajak pemda di Sumsel kembangkan demplot untuk hindari bakar lahan

Baca juga: MUI: Krisis lingkungan salah satu bentuk krisis moral


Demplot Tanpa Bakar

Badan Restorasi Gambut (BRG) mengajak pemerintah daerah di Sumatera Selatan mengembangkan demplot pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB) di kawasan lahan gambut untuk mencegah kerusakan serta kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi pada setiap musim kemarau.

Pemda yang masyarakatnya berhasil dibina membuat demplot pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB) seperti di sejumlah kawasan desa yang memiliki lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin diharapkan dapat mengembangkan dengan skala yang lebih besar.

Dinamisator BRG Provinsi Sumsel, DD Shineba mengatakan masyarakat di desa peduli gambut tersebut setelah mendapat pembinaan dari tim berhasil membuka lahan tanpa membakar dengan mengembangkan padi hitam, kopi liberika, aneka sayuran dan buah-buahan.

Sebagai gambaran, program restorasi di desa peduli gambut di Kabupaten Banyuasin dalam beberapa tahun terakhir membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.

Masyarakat Desa Air Gading, Kabupaten Banyuasin, yang berhasil mengembangkan padi hitam di lahan gambut pada akhir Februari 2020 panen.

"Selain berhasil membuat demplot padi hitam, BRG dalam beberapa tahun terakhir berhasil memfasilitasi pemulihan atau restorasi lahan gambut di Banyuasin dengan perkebunan kopi," ujarnya.

Perkebunan kopi liberika di Desa Air Gading Banyuasin tumbuh berkembang dengan baik bahkan hasil panennya menjadi produk unggulan dan dipasarkan ke luar wilayah Sumsel.

Kopi liberika adalah jenis kopi yang bisa dikembangkan di dataran rendah dan kawasan gambut. Kemudian sayuran dan buah-buahan yang bisa dikembangkan di dataran rendah dan kawasan gambut seperti timun suri, cabai dan kacang panjang, kata Shineba.

Sementara sebelumnya Deputi 3 BRG Dr Myrna A Savitri mengatakan lahan gambut yang terdapat di Kabupaten Banyuasin dan sejumlah daerah Sumsel lainnya cukup luas.

Selama ini lahan gambut belum dikelola secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat, bahkan pada musim kemarau menimbulkan masalah kebakaran lahan yang asapnya dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat.

Keberhasilan petani membuat demplot pengelolaan lahan tanpa bakar di Desa Air Gading Banyuasin itu bisa dikembangkan pada lahan gambut yang lebih luas di kabupaten tersebut dan daerah lainnya, kata Myrna.

Melalui pemberdayaan masyarakat dan dukungan pemerintah daerah itu, diharapkan Karhutla dan bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat pada tahun 2020 ini dan tahun-tahun berikutnya dapat ditanggulangi dengan baik.

Baca juga: BRG dorong pendekatan agama bantu restorasi lahan gambut

Baca juga: BRG berdayakan masyarakat desa gambut antisipasi karhutla Sumsel