Jakarta (ANTARA News) - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di Jakarta, Kamis, mengumunkan hasil survei bahwa pemilihan presiden (pilpres) 8 Juli 2009 diprediksi berpotensi hanya berlangsung satu putaran, dengan perolehan suara dari responden pasangan SBY-Boediono mencapai 63,1 persen, pasangan Mega-Pro sebesar 16,4 persen dan pasangan JK-Win memperoleh 5,9 persen.

Hasil survei LSI yang ditandatangani direktur eksekutifnya Denny JA, menyebutkan, pilpres satu putaran didasarkan atas hasil survei terhadap 4.000 responden di tujuh provinsi di Indonesia pada 28 Mei-3 Juni 2009 dengan tingkat kesalahan 2,4 persen dan tingkat kepercayaan 99 persen.

Hasil survei dengan pertanyaan "Dari tiga pasangan capres yang akan maju nanti, pasangan mana yang akan ibu/bapak pilih?", jawabannya sebanyak 63,1 persen memilih pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, 16,4 persen memilih pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Mega-Pro), 5,9 persen memilih pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win), sedangkan 14,6 persen responden belum memutuskan.

Direktur Riset LSI Arman Salam yang membacakan hasil survei menegaskan, pemilihan responden yang dominan atau 63,1 persen kepada pasangan SBY-Boediono itu dengan pertanyaan pemilihan presiden/wapres dilaksanakan hari ini, sehingga masih ada waktu empat minggu bagi pasangan capres dapat memperbaikai peringakatnya jika ingin memenangkan pilpres 8 Juli 2009.

Arman menjelaskan, data survei itu jika dicoba dan dipilah ke segmentasi yang lebih detail, hasilnya cukup mengejutkan yakni SBY-Boediono unggul telak hampir di semua segmen dilihat dari jenis kelamin, agama, umur, suku, status ekonomi dan teritori para resonden.

"Satu-satunya yang bersaing adalah di wilayah Sulsel antara pasangan SBY-Boediono dan pasangan JK-Win," katanya menambahkan bahwa pasangan JK-Win di Sulsel mendapatkan 40,3 persen suara reponden, pasangan SBY-Boediono memperoleh 42,1 persen dan pasangan Mega-Pro hanya mendapatkan 1,2 persen, sedangkan 16,4 persen responden belum memutuskan pilihan.

Menurut Arman, tigal hal yang menyebabkan keunggulan capres SBY, faktor pertama personalitas yaitu figur disamping sangat dikenal (100 persen responden pemilih), tapi juga sangat disukai dan dianggap pantas menjadi pemimpin nasional (sekitar 90 persen responden).

Jusuf Kalla dan Megawati merupakan figur yang sangat dikenal (100 persen responden pemilih), namun dua tokoh ini bukan termasuk tokoh yang sangat disukai (tingkat kesukaan responden di bawah 60 persen) dan dua tokoh tersebut tingkat kepantasan sebagai pemimpin nasional hanya diplih oleh sekitar 56 persen reponden.

Faktor kedua adalah sentimen pemilih terhadap kondisi ekonomi yang tampaknya bisa diatasi figur SBY dengan aneka program populis. SBY telah mampu meberikan program Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sampai harga BBM yang diturunkan tiga kali.

"Persepsi bahwa kondisi ekonomi saat ini dipengaruhi oleh krisis dunia turut pula membuat pemilih tidak "mengasingkan" SBY," katanya.

Faktor ketiga adalah persepsi atas kinerja SBY yang umumnya publik merasa puas dengan semua kinerja SBY. "Yang tidak puas oleh responden adalah soal tenaga kerja dan harga sembako yang ketidakpuasan ini dapat tertutupi oleh isu lain seperti besarnya pesona pribadi SBY sendiri," kata Arman.

Dia mengatakan, LSI memprediksi bahwa pasangan SBY-Boediono potensial memenangkan pilpres pada satu putaran pada pilpres 8 Juli 2009 dengan formulasi bahwa tidak ada "blunder" yang besar di pihak pasangan SBY-Boediono, tidak ada program yang sangat luar biasa di pihak kompetitor dan tidak ada kejadian yang sangat luar biasa dalam empat minggu ke depan.

Arman menegaskan, survei LSI yang diumumkan saat ini adalah survei nasional yang merupakan bagian untuk informasi kepada publik yang biayanya diambilkan dari sebagian keuntungan LSI dan bukan dibiayai oleh pasangan capres tertentu.(*)