Di kabupaten ini peternak tidak rugi, meski harga ayam tengah anjlok
22 April 2020 14:31 WIB
Ilustrasi: Peternak memberi makan ayam broiler di Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul, DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.
Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebut bahwa para peternak ayam di daerah ini tidak mengalami kerugian, meskipun harga jual ayam anjlok di tengah wabah Virus Corona baru atau COVID-19.
"Harga ayam kemarin sempat satu ekor cuma Rp9.000 sampai Rp10.000, tapi kalau di Bantul peternak tidak merasakan harga itu, karena mereka tidak ada yang mandiri. Semua ikut kemitraan," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Joko Waluyo saat dihubungi, Rabu.
Menurut dia, para peternak ayam broiler di Bantul tidak rugi karena harga yang diberikan kepada Perusahaan Inti Rakyat (PIR) selaku mitra usaha peternakan sudah sesuai kontrak yang disepakati di awal, sehingga yang terdampak dari anjloknya harga per ekor justru pengusaha tersebut.
Baca juga: Harga jatuh, Kementan gandeng organisasi peternak serap ayam ras
"Jadi semua ikut pola PIR, jadi kalau pola PIR itu yang rugi pihak inti, pihak plasma dalam hal ini peternak tidak rugi, karena kontrak duluan. Jadi di Bantul saya kira tidak merasakan kerugian, karena kalau pola PIR kan inti (perusahaan) yang menyediakan, kontrak harga duluan," katanya.
Dia mengatakan berbeda dengan peternak ayam broiler mandiri yang engalami kerugian, sebab bibit, pakan, hingga obat-obatan harus beli sendiri. Ia mengatakan di Bantul 99 persen peternak ayam ikut pola kemitraan.
"Di Bantul kebetulan banyak dan tersentra di beberapa daerah seperti Seloharjo (Pundong), daerah pantai selatan seperti Sanden, kalau di Pajangan itu ada antara petelur sama potong, jadi yang rugi pengusaha karena peternak kontrak, petani hanya memelihara," katanya.
Baca juga: Peternak Madiun bagikan ribuan ayam gratis ke warga
Joko Waluyo pun mengatakan pemerintah daerah tidak mampu mengatasi persoalan rendahnya harga ayam per ekor, sebab kondisi ini juga dialami para pengusaha di seluruh Indonesia akibat menurunnya daya beli di masyarakat, sehingga penanganan merupakan wewenang pemerintah pusat.
"Itu (penanganan) program nasional, daerah tidak mampu, karena harga ayam itu nasional, bukan lokalan, semua daerah saya kira harga juga menurun, tidak hanya di regional Bantul atau Yogyakarta. Kemarin di internet ada seorang pengusaha Jogya (jual ayam murah) itu mungkin sebagai Inti," katanya.
Baca juga: Berdikari usulkan ayam potong dimasukkan ke dalam bantuan sosial
"Harga ayam kemarin sempat satu ekor cuma Rp9.000 sampai Rp10.000, tapi kalau di Bantul peternak tidak merasakan harga itu, karena mereka tidak ada yang mandiri. Semua ikut kemitraan," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Joko Waluyo saat dihubungi, Rabu.
Menurut dia, para peternak ayam broiler di Bantul tidak rugi karena harga yang diberikan kepada Perusahaan Inti Rakyat (PIR) selaku mitra usaha peternakan sudah sesuai kontrak yang disepakati di awal, sehingga yang terdampak dari anjloknya harga per ekor justru pengusaha tersebut.
Baca juga: Harga jatuh, Kementan gandeng organisasi peternak serap ayam ras
"Jadi semua ikut pola PIR, jadi kalau pola PIR itu yang rugi pihak inti, pihak plasma dalam hal ini peternak tidak rugi, karena kontrak duluan. Jadi di Bantul saya kira tidak merasakan kerugian, karena kalau pola PIR kan inti (perusahaan) yang menyediakan, kontrak harga duluan," katanya.
Dia mengatakan berbeda dengan peternak ayam broiler mandiri yang engalami kerugian, sebab bibit, pakan, hingga obat-obatan harus beli sendiri. Ia mengatakan di Bantul 99 persen peternak ayam ikut pola kemitraan.
"Di Bantul kebetulan banyak dan tersentra di beberapa daerah seperti Seloharjo (Pundong), daerah pantai selatan seperti Sanden, kalau di Pajangan itu ada antara petelur sama potong, jadi yang rugi pengusaha karena peternak kontrak, petani hanya memelihara," katanya.
Baca juga: Peternak Madiun bagikan ribuan ayam gratis ke warga
Joko Waluyo pun mengatakan pemerintah daerah tidak mampu mengatasi persoalan rendahnya harga ayam per ekor, sebab kondisi ini juga dialami para pengusaha di seluruh Indonesia akibat menurunnya daya beli di masyarakat, sehingga penanganan merupakan wewenang pemerintah pusat.
"Itu (penanganan) program nasional, daerah tidak mampu, karena harga ayam itu nasional, bukan lokalan, semua daerah saya kira harga juga menurun, tidak hanya di regional Bantul atau Yogyakarta. Kemarin di internet ada seorang pengusaha Jogya (jual ayam murah) itu mungkin sebagai Inti," katanya.
Baca juga: Berdikari usulkan ayam potong dimasukkan ke dalam bantuan sosial
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: