Jakarta (ANTARA) - Di tengah pandemik virus corona atau COVID-19, petani muda atau milenial binaan Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mampu mengekspor buah naga yang dihasilkan dari lahanya.

Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan, dampak pandemi COVID-19 memang mempengaruhi perekonomian bangsa, namun tidak halnya dengan Pertanian, hal itu terbukti dengan tetap produktifnya sektor penyuluh, petani dan petani muda.

"Pertanian justru makin kuat di kondisi sekarang ini. Masyarakat Indonesia semua butuh pangan," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Salah satu produk unggulan kelompok tani (Poktan) Serai Wangi II Desa Sentebang Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat adalah buah naga mampu menembus pasar Malaysia.

Para petani muda yang tergabung dalam Poktan Serai Wangi II memanfaatkan lahan tidur yang tidak produktif digarap untuk menanam tanaman yang kaya akan nutrisi dan gizi tersebut.

Dengan lahan seluas 2 ha serta populasi tanaman buah naga sekitar 2000 pohon yang digarap sejak 2 tahun lalu, Poktan Serai Wangi II dapat mengasilkan omzet Rp240 juta per bulan.

"Buah naga yang ditanam dapat menghasilkan 3-4 kg/pohon dengan asumsi harga jual Rp8.000-10.000/kg," ujar Ketua Poktan Serai Wangi II, Nanang.

Nanang menyatakan, sebagian besar buah naga yang dipanen petani langsung dikirim melalui pengepul untuk mengisi pasar-pasar yang ada di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat.

"Bahkan beberapa waktu yang lalu pernah mengisi kebutuhan konsumen di negara tetangga, Malaysia," katanya.

Saat ini untuk memasarkan buah ke pengepul sudah tidak sulit, melalui whatsapp dan harga pas, sudah bisa diangkut dan dibayar, bahkan bisa tembus ke Malaysia.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas, M. Yayan Kurniawan, menegaskan bahwa dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk petani buah naga di Kecamatan Jawai sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

Menurut dia, pihaknya selalu memberikan pelatihan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Buah Naga, dimana Penyuluh dan POPT berperan penting dalam menyampaikan informasi terkini.

"Ke depan kita akan terus mendampingi petani milennial tersebut dengan pengolahan pasca panen agar nilai jual produk buah naga menjadi lebih variatif dan mempunyai nilai jual yang lebih baik, dengan harapan bisa tembus ke negara lain seperti buah naga segar yang telah tembus ke pasar Malaysia," ujarnya.