Belgia klaim telah lalui puncak krisis wabah COVID-19
20 April 2020 19:07 WIB
Seorang perawat memakai masker snorkeling yang sudah dimodifikasi untuk tenaga medis COVID-19 di RS Erasme (Erasmus), Belgia, Senin (30/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Yves Herman/pras.
Brussels (ANTARA) - Wabah COVID-19 di Belgia tampaknya telah melewati masa puncak krisis seiring dengan jumlah pasien yang dilarikan ke rumah sakit akibat infeksi virus corona mencapai angka terendah dalam satu bulan, demikian dinyatakan otoritas kesehatan negara itu, Senin.
Belgia, salah satu negara Eropa dengan kasus infeksi corona dan kematian yang tinggi, mencatat sebanyak 232 pasien COVID-19 dibawa ke rumah sakit pada Minggu (19/4), angka yang paling sedikit sejak 19 Maret.
"Ada beberapa indikator yang tengah berjalan ke arah semestinya dan yang berlanjut ke arah tersebut," kata juru bicara dewan penanganan COVID-19, Emmanuel Andre, dalam pernyataan media.
Dia menambahkan, "Dan benar, secara definisi, kita sedang menuju apa yang disebut sebagai pelonggaran pembatasan. Itu merupakan perluasan zona aman di sekitar kita, sehingga sekarang kami tengah memikirkan cara untuk mengaturnya."
Baca juga: Nasib Grand Prix F1 Belgia tidak pasti di tengah pandemi
Dewan keamanan nasional negara itu akan bertemu pada Jumat (24/4) mendatang untuk mendiskusikan langkah pelonggaran pembatasan yang rencananya akan diterapkan pada 4 Mei tersebut.
Otoritas kesehatan juga menyatakan bahwa Belgia mungkin telah melalui puncak kasus kematian akibat COVID-19. Tercatat sebanyak 168 kasus kematian baru terjadi pada Senin, sehingga totalnya mencapai 5.828 kasus.
Dari angka itu, lebih dari setengah terjadi di panti jompo, yang sebagian besar penghuninya terduga mengidap penyakit infeksi corona, namun tidak terkonfirmasi. Kasus semacam itu cukup bisa menjelaskan alasan Belgia mempunyai kasus wabah yang parah di benua Eropa.
Pemerintah Belgia, pada pekan lalu, memperpanjang pembatasan sosial sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona hingga 3 Mei, namun saat ini sudah mulai mengizinkan toko tertentu dan taman untuk kembali buka.
Sumber: Reuters
Baca juga: Komunitas pelancong Belgia beradaptasi dengan pemberlakuan 'lockdown'
Baca juga: Belgia punya robot yang membuat lansia tidak kesepian selama corona
Belgia, salah satu negara Eropa dengan kasus infeksi corona dan kematian yang tinggi, mencatat sebanyak 232 pasien COVID-19 dibawa ke rumah sakit pada Minggu (19/4), angka yang paling sedikit sejak 19 Maret.
"Ada beberapa indikator yang tengah berjalan ke arah semestinya dan yang berlanjut ke arah tersebut," kata juru bicara dewan penanganan COVID-19, Emmanuel Andre, dalam pernyataan media.
Dia menambahkan, "Dan benar, secara definisi, kita sedang menuju apa yang disebut sebagai pelonggaran pembatasan. Itu merupakan perluasan zona aman di sekitar kita, sehingga sekarang kami tengah memikirkan cara untuk mengaturnya."
Baca juga: Nasib Grand Prix F1 Belgia tidak pasti di tengah pandemi
Dewan keamanan nasional negara itu akan bertemu pada Jumat (24/4) mendatang untuk mendiskusikan langkah pelonggaran pembatasan yang rencananya akan diterapkan pada 4 Mei tersebut.
Otoritas kesehatan juga menyatakan bahwa Belgia mungkin telah melalui puncak kasus kematian akibat COVID-19. Tercatat sebanyak 168 kasus kematian baru terjadi pada Senin, sehingga totalnya mencapai 5.828 kasus.
Dari angka itu, lebih dari setengah terjadi di panti jompo, yang sebagian besar penghuninya terduga mengidap penyakit infeksi corona, namun tidak terkonfirmasi. Kasus semacam itu cukup bisa menjelaskan alasan Belgia mempunyai kasus wabah yang parah di benua Eropa.
Pemerintah Belgia, pada pekan lalu, memperpanjang pembatasan sosial sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona hingga 3 Mei, namun saat ini sudah mulai mengizinkan toko tertentu dan taman untuk kembali buka.
Sumber: Reuters
Baca juga: Komunitas pelancong Belgia beradaptasi dengan pemberlakuan 'lockdown'
Baca juga: Belgia punya robot yang membuat lansia tidak kesepian selama corona
Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: