Jakarta,(ANTARA News) - Calon presiden (capres) Megawati Soekarnoputri menerima perwakilan anak korban lumpur Lapindo Sidoarjo Jawa Timur di kediamannya jalan Tengku Umar Jakarta Pusat, Jumat.
Saat menemui perwakilan korban lumpur itu capres yang diusung oleh PDIP dan Gerindra itu didamping oleh Ketua DPP PDIP Tjahjo Kumolo serta Ketua DPD PDIP Jawa Timur Sirmadji.
"Mereka datang kesini untuk menyampaikan aspirasinya. Yang kesini semuanya anak-anak korban Lapindo," kata capres yang berpasangan dengan Prabowo itu.
Menurut dia, anak-anak korban lumpur Lapindo mengeluh jika selama ini penanganan dampaknya kurang maksimal terutama untuk masalah kesehatan dan pendidikan.
Padahal, kata dia bencana lumpur telah memasuki tahun ketiga. Pihaknya prihatin dengan penanganan yang dilakukan pemerintah termasuk dalam menyelesaikan bencana.
"Sebagai mantan presiden saat kejadian pertama semburan lumpur terjadi saya langsung melakukan penelitian. Hasilnya gas yang keluar sangat berbahaya bagi kesehatan," katanya menambahkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya tidak akan berandai-andai dalam menyelesaikan kasus Lapindo. Yang paling penting dalam penanganannya adalah kesehatan dan pendidikan anak-anak korban Lapindo.
"Sayakan belum jadi presiden. Jadi yang berhak menangani kasus ini sekarang adalah pemerintah," katanya dengan tegas.
Ia menambahkan, dari data yang diterima juga warga yang mengalami sakit akibat asap/gas yang dikeluarkan oleh lumpur Lapindo kurang lebih mencapai 46 ribu jiwa.
"Dulu hanya 23 ribu, saat ini jumlahnya berlipat. Untuk itu penanganannya harus dipercepat," katanya menegaskan.
Capres Megawai didatangi sekitar 10 anak korban lumpur Lapindo. Mereka meminta komitmen dari para capres untuk menuntaskan kasus lumpur Lapindo.
"Kami telah mendatangi dua capres. Kami sangat pesimis jika capres-capres ini menyelesaikan kasus Lapindo," kata Fahmi salah satu anak korban lumpur Lapindo usai menemui Megawati.(*)
Megawati Terima Perwakilan Korban Lumpur Lapindo
5 Juni 2009 13:08 WIB
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Tags: