Pengamat: Pengurus DPP Demokrat versi AHY lebih ramping
19 April 2020 20:30 WIB
Arsip. Ketua Umum Partai Demokrat yang baru, Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan pidato kemenangannya saat Kongres V Partai Demokrat di Jakarta, Minggu (15/3/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Politik Khoirul Umam mengatakan susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat versi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lebih ramping dari masa kepemimpinan sebelumnya.
"Jika dilihat dari jumlah personelnya, kepengurusan baru PD kini jauh lebih ramping dibanding sebelumnya," ujar Umam melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Namun, mencermati sekilas nama-nama dalam daftar kepengurusan Partai Demokrat (PD) saat ini, menurut Umam, AHY lebih memperhatikan profesionalisme dan memudahkan dalam konsolidasi dan pembagian tugas angkatan muda dengan angkatan tua Partai Demokrat.
"Secara sosiologis, komposisi kepengurusan baru PD saat ini tetap mempertahankan semangat politik akomodasi, dengan meracik semua komposisi senior, tua, muda, perempuan, lintas agama, identitas budaya, dan latar belakang geografis yang beragam. Sehingga tetap berwarna," kata Umam.
Ia menambahkan, upaya perampingan itu tampaknya dilakukan juga untuk memudahkan pembagian tugas pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing-masing pengurus agar mesin politik mampu berjalan lebih efektif, kreatif dan inovatif.
Lalu apabila dilihat dari aspek kompetensi, kata Umam, kepengurusan PD pimpinan AHY juga seperti mewadahi para pengurus yang memiliki berbagai latar belakang profesi yang beragam.
Mulai dari politisi murni, peneliti, aktivis, penggerak organisasi keagamaan, artis, olahragawan, mantan militer, hingga pengusaha dari berbagai sektor industri. Sehingga kapasitas, kapabilitas, jaringan dan profesionalitas mereka juga menunjukkan warna yang lebih beragam.
Sementara dari aspek latar belakang pendidikan, kepengurusan PD kali ini memberikan ruang lebih bagi kalangan pendidikan tinggi. Sekitar 10 persen bergelar Doktor, 60 persen bergelar Magister, dan 30 persen bergelar Sarjana lintas bidang studi.
"Dalam pertarungan politik, gelar dan strata pendidikan memang tidak berarti apa-apa. Tetapi mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi itu dinilai akan memiliki kecakapan lebih untuk berpikir kritis, kreatif dan memberi solusi menghadapi berbagai tantangan pembangunan bangsa," kata Umam.
"Jika dilihat dari jumlah personelnya, kepengurusan baru PD kini jauh lebih ramping dibanding sebelumnya," ujar Umam melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Namun, mencermati sekilas nama-nama dalam daftar kepengurusan Partai Demokrat (PD) saat ini, menurut Umam, AHY lebih memperhatikan profesionalisme dan memudahkan dalam konsolidasi dan pembagian tugas angkatan muda dengan angkatan tua Partai Demokrat.
"Secara sosiologis, komposisi kepengurusan baru PD saat ini tetap mempertahankan semangat politik akomodasi, dengan meracik semua komposisi senior, tua, muda, perempuan, lintas agama, identitas budaya, dan latar belakang geografis yang beragam. Sehingga tetap berwarna," kata Umam.
Ia menambahkan, upaya perampingan itu tampaknya dilakukan juga untuk memudahkan pembagian tugas pokok dan Fungsi (Tupoksi) masing-masing pengurus agar mesin politik mampu berjalan lebih efektif, kreatif dan inovatif.
Lalu apabila dilihat dari aspek kompetensi, kata Umam, kepengurusan PD pimpinan AHY juga seperti mewadahi para pengurus yang memiliki berbagai latar belakang profesi yang beragam.
Mulai dari politisi murni, peneliti, aktivis, penggerak organisasi keagamaan, artis, olahragawan, mantan militer, hingga pengusaha dari berbagai sektor industri. Sehingga kapasitas, kapabilitas, jaringan dan profesionalitas mereka juga menunjukkan warna yang lebih beragam.
Sementara dari aspek latar belakang pendidikan, kepengurusan PD kali ini memberikan ruang lebih bagi kalangan pendidikan tinggi. Sekitar 10 persen bergelar Doktor, 60 persen bergelar Magister, dan 30 persen bergelar Sarjana lintas bidang studi.
"Dalam pertarungan politik, gelar dan strata pendidikan memang tidak berarti apa-apa. Tetapi mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi itu dinilai akan memiliki kecakapan lebih untuk berpikir kritis, kreatif dan memberi solusi menghadapi berbagai tantangan pembangunan bangsa," kata Umam.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: