Jakarta (ANTARA News) - Kasus sindroma penurunan kekebalan tubuh (AIDS) yang terdeteksi baru 15 persen dari angka proyeksi, 85 persen lainnya belum terdeteksi serta tersentuh layanan pemeriksaan maupun pengobatan.

Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Nafsiah Mboi di Jakarta, Rabu, hingga Maret 2009 secara kumulatif kasus AIDS yang terdeteksi sebanyak 16.964 kasus sementara proyeksi jumlah kasusnya diperkirakan 169.230 sampai 216.820 kasus.

Ia menjelaskan, hal itu terjadi karena berbagai faktor termasuk wilayah yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar, minimnya sumber daya, serta keterbatasan akses terhadap fasilitas pencegahan, pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS.

"Di samping itu, pendidikan tentang masalah ini juga belum dilakukan secara merata sehingga belum semua tahu dan masyarakat di sejumlah daerah masih menganggapnya sebagai stigma buruk sehingga seseorang yang mungkin berisiko jadi takut memeriksakan diri karena takut dengan stigma itu," jelasnya.

Banyaknya kasus AIDS tidak terdeteksi dan tersentuh layanan akan membuat virus mematikan yang menyerang kekebalan tubuh manusia itu leluasa menyebar tanpa kendali.

"Untuk mengatasi masalah itu, kegiatan edukasi harus lebih banyak dilakukan, fasilitas konseling dan pemeriksaan harus tersedia dalam jumlah memadai, sarana pengobatan dipastikan tersedia, ada upaya pengurangan dampak stigma, serta ada jejaring diantara populasi berisiko tinggi," paparnya.

Menurut dia, saat ini pemerintah sudah menyediakan sekitar 500 unit fasilitas konseling dan pemeriksaan sukarela (Voluntary Counselling and Testing/VCT) di seluruh Indonesia.

"Idealnya di setiap kabupaten paling tidak ada satu atau dua unit layanan VCT," katanya.

Pemerintah juga menyediakan obat anti-retroviral (ARV) gratis bagi orang yang terinfeksi HIV dan terkena AIDS. Tahun ini pemerintah mengalokasikan dana Rp66 miliar untuk pengadaan ARV.

Layanan pengobatan HIV/AIDS pun bisa diakses di rumah sakit pemerintah namun sayangnya belum semua rumah sakit pemerintah menyediakan fasilitas pelayanan ini.

Kecenderungan

Jumlah kasus baru AIDS di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Bila pada 2005 hanya ada 2.638 kasus AIDS baru, tahun 2006 jumlahnya bertambah menjadi 2.873 kasus, naik lagi menjadi 2.974 pada 2007 dan menjadi sebanyak 4.969 kasus baru pada 2008.

"Tahun 2009, hingga bulan Maret sudah ada 854 kasus baru yang dilaporkan," kata Nafsiah.

Saat ini penyebaran HIV masih terkonsentrasi pada populasi kunci melalui perilaku berisiko tinggi seperti penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba suntik dan perilaku seks tidak aman pada hubungan heteroseksual maupun homoseksual.

Kecenderungan penularan infeksi HIV di seluruh provinsi dengan jumlah kasus tinggi rata-rata hampir sama kecuali di Papua dimana mayoritas penularan terjadi akibat hubungan seksual berisiko tanpa kondom baik yang dilakukan dengan pasangan tetap maupun tidak tetap.

Nafsiah menjelaskan pula bahwa saat ini penularan HIV sudah terjadi lebih awal.

Menurut data Departemen Kesehatan, lebih dari 50 persen kasus AIDS dilaporkan terjadi pada kelompok usia produktif (usia 15-29 tahun). (*)