Jakarta (ANTARA News) - Kalau "nomics-nomics" menyibukkan diri dengan kegenitan target selangit pertumbuhan ekonomi, lenturnya inflasi yang memusingkan kepala para inang di pasar becek serba tradisional, maka nomics yang satu ini menyasar kepada capaian dengan mengusung kesederhanaan.

Nomics yang satu ini juga, memilih keberanian dan mengedepankan keteguhan hati. Tetap menyerang dan bekerja keras, meski mengalami deraan krisis.

Guardiolanomics mengajarkan jalan super-sederhana. Lihat saja ketajaman dan keampuhan Blaugrana yang dihuni Lionel Messi, Samuel Eto`o dan Thierry Henry. Mengandalkan aliran bola relatif pendek, cepat, dan pada saatnya menusuk jantung pertahanan lawan; deretan punggawa Barcelona membentuk rantai pemain yang meneror barisan pertahanan skuad Manchester United.

Investasi dalam guardiolanomics, yakni menciptakan iklim yang memungkinkan pergerakan pemain lebih leluasa, lebih tajam, dan lebih efektif membuahkan gol. Birokrasi terbilang efisien di tubuh "Azulgrana", tanpa membusungkan dada mau "sok optimistis". Sektor riilnya, ada dalam daya beli dan daya terjang seluruh pemain,
bukan daya dalam kata-kata. Infrastruktur laga bola ada dalam "human capital".

Kolaborasi dari lini pertahanan, tengah dan depan diracik apik oleh arsitek berusia relatif muda, Pep Guardiola. Tim yang bermarkas di Stadion Camp Nou itu membuat kepincut para penggila bola, karena tampil taat-asas dengan gaya permainan sepak bola menyerangnya.

Permainan mereka indah dan terbukti produktif. Alhasil, mereka meraup juara Copa del Rey, Divisi Primera, dan Liga Champions. Guadiolanomics meramu kecermatan pemimpin, jalinan kerjasama antar lini dan hasil yang memadai.

Hitung-hitungannya, jika ditambah dengan capaian di babak kualifikasi III, jumlah gol yang dilesakkan Barca di Liga Champions musim 2008/2009 mencapai 34 gol. Menurut statistik UEFA, total gol Barca menjadi 30 butir alias dua digit.

Guardiolanomics berkiblat kepada pro-gol atau ofensif. "Jika Anda mengambil bola dan menyerang disertai keberanian, maka akan banyak mendapat peluang mencetak gol. Kami tak mau jadi pengecut. Itu tak pernah kami lakukan dalam pertandingan. Tak ada cara lain. Akan lebih berbahaya jika kita tak berani mengambil risiko," kata Guardiola.

Bagaimana dengan pasar lokal untuk menggerakkan lokomotif sektor riil? Barcelona memproklamasikan diri sebagai skuad yang mengandalkan pemain asli Spanyol.Pada final Liga Champions 2009 di Stadio Olimpico, Roma, Kamis (28/5) dini hari WIB, "El Barca" turun dengan enam pemain Spanyol pada starting line-up. Kebalikannya, "The Red Devils" yang mewakili Inggris menggunakan tiga pemain dari negara tersebut.

Mayoritas pemain Barca berasal dari kandang "La Masia", nama yang diberikan bagi tempat berlatih pemain "Azulgrana" di dekat Stadion Camp Nou. Jebolan dari akademi ini antara lain kapten Carles Puyol, duo gelandang Xavi Hernandez dan Andres Iniesta, serta kiper Victor Valdes. Ada pula Gerard Pique dan Sergi Busquets.

Dari 24 pemain yang dikoleksi "Azulgrana" saat ini, 11 di antaranya berasal dari "La Masia". Sebanyak 46 persen pemain hasil didikan Barca. Lionel Messi dari Argentina terbilang relatif menjiwai sepak bola Spanyol sebab ia masuk dalam kasta home grown player di Barcelona. Mereka diberi peran sebagai starter di Roma.

Meski memperoleh kemenangan, Guardiola memelihara nilai kecerdasan emosional, tidak langsung meluapkan dalam lautan "mabuk kemenangan", tetapi lebih memilih bersikap tenang, mengandalkan pengendalian diri.

"Kami sangat senang karena kami telah berbuat hal luar biasa. Kami bukan tim terbaik dalam sejarah Barca, tetapi kami telah mencapai hasil terbaik di musim ini," katanya seperti dikutip dari laman UEFA.

Tidak langsung menggebrak dengan menyedot ekstra energi di menit-menit awal pertandingan, Guardiola menginstruksikan kepada para pemainnya untuk mempercayai proses, bukan justru memilih jalan pintas.

"Saya memproses segala emosi yang berkecamuk. Kami justru memperoleh hasil gemilang. Pertahanan kami tidak ditopang pemain reguler, tetapi kami tetap menyerang dan menjalin pertahanan rapat. Yang kami hadapi, salah satu tim terbaik di dunia," katanya juga.

Sebagai pemipin, ia mengambil resiko dan tidak kikir memberi pujian kepada anak asuhannnya. Lionel Messi disebutnya pantas menerima penghargaan "Ballon d`Or".

"Saya hanya ingin tampil optimal. Jika Anda tampil menyerang, maka besar kemungkinan Anda memperoleh peluang menang. Tidak ada yang lebih berharga dan bernilai daripada mengambil resiko. Anda menikmati kejayaan, dengan begitu Anda dapat menikmatinya. Besok, kami akan merayakan kemenangan," kata Pep.

Dalam guardiolanomics berlaku formula, kejayaan sama dengan kesediaan mengambil resiko plus kerja keras.

Pesona guardiolanomics diakui oleh manajer gaek United, Sir Alex Ferguson. "Gol pertama membuat mereka tampil lebih bersemangat. Kami tidak menduga gol sedemikian awal. Barcelona tampil luar biasa. Penguasaan bola mereka terlihat fantastis. Lini depan tampak dinamis yang ditunjang lini tengah. Setelah kemasukan satu gol, kami sulit bangkit. Saya menghormati filosofi sepak bola mereka," kata pelatih yang sejak 1986 bertengger di Old Trafford itu.

Di mata Fergie yang asal dari Skotlandia itu, guardiolanomics bermuara dari kematangan tim dan kecermatan serta ketelitian memilih petempuran. Semua orang punya pertempuran yang harus dihadapi. Tinggal sekarang, memilah dan memilih pertempuran mana yang dihadapi. Yang utama dan terutama, menggolongkan setiap potensi pertempuran ke dalam peringkat yang sama.

"Saya kagum dengan kematangan tim. Malam ini kami kecewa dengan aspek penguasaan bola. Kami menunggu dari menit ke menit untuk pulih, tetapi rupanya kami tidak memperoleh hasil cukup baik. Ini capaian luar biasa dari (Guardiola) dalam tahun pertamanya sebagai pelatih. Sungguh fantastis," kata Ferguson.

Kekuatan guardiolanomics terletak kepada keberanian melakukan lompatan dalam perkembangan kosmos bernama laga bola. Guardiolanomics merujuk kepada pandangan utuh mengenai manusia.

Manusia tidak dapat direduksi karena manusia tampil sebagai puncak dari perkembangan kosmis. Bersama dengan Pencipta dalam cinta, manusia menuju "poin omega".(*)