Jakarta (ANTARA) - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mendeteksi 93 malware terkait virus corona ada di Bangladesh, menjadi negara dengan jumlah malware virus corona tertinggi di Asia Pasific (APAC).

"Sebagian besar serangan difokuskan pada rekayasa sosial dan penyalahgunaan topik COVID-19 dalam berbagai cara," kata Director Global Research & Analysis Team APAC Kaspersky, Vitaly Kamluk, dalam webinar Kaspersky "Cyberattacks in APAC During The Pandemic," Rabu.

Baca juga: Ginp Trojan menyamar jadi aplikasi deteksi virus corona

Baca juga: Waspada, peta online palsu virus corona berisi malware


Selanjutnya, Kaspersky mendeteksi 53 malware terkait virus corona di Filipina, 40 di China, 23 malware di Vietnam, 22 di India dan 20 malware di Malaysia.

Sementara itu, Kaspersky mendeteksi satu digit malware terkait virus corona di Singapura, Jepang, Indonesia, Hong Kong, Myanmar, dan Thailand.

Kamluk menjelaskan malware terkait virus corona tersebut "dikemas" dalam email dengan beberapa trik yang digunakan dalam rekayasa sosial, di antaranya email yang berisi informasi tentang vaksin COVID-19, perintah dan peraturan pemerintah, hingga penawaran untuk test-kit rumah.

Ada pula email yang menyamar sebagai lembaga medis dan staff charity dan donasi, aplikasi pelacakan infeksi virus untuk seluler, penawaran investasi stok, dan bahkan email berisi inisiatif dukungan keuangan dari pemerintah.

"Penipuan email adalah yang termudah untuk diterapkan, itulah sebabnya mengapa hal itu terjadi lebih dulu, diikuti oleh distribusi malware melalui email, layanan palsu, dan aplikasi," ujar Kamluk.

Baca juga: Malware mengintai di balik informasi soal virus corona

Baca juga: Ancaman siber pada 2020, AI malware dan serangan ke aplikasi populer

Baca juga: Ribuan perangkat di dunia terinfeksi malware XHelper, sulit dihapus