Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah menilai panen raya beras dan bahan-bahan pokok lainnya berperan dalam meredam kekhawatiran publik yang tengah dilanda pandemi COVID-19.

"Untungnya dari sisi riil kita pandemi COVID-19 ini terjadi pada bulan Februari sampai dengan April di mana kita masih terdapat kelimpahan atau surplus stok beras dan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat," ujar Rusli Abdullah dalam seminar daring di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, beberapa wilayah di Indonesia mengalami panen raya, hal ini menjadi salah satu instrumen penting dalam meredam kekhawatiran publik di tengah pandemi COVID-19.

Rusli tidak bisa dibayangkan seandainya pandemi ini melanda pada bulan November atau Desember ketika wilayah-wilayah Indonesia masih dilanda musim hujan dan tidak ada panen bahan-bahan pokok sehingga berisiko menimbulkan keresahan masyarakat.

"Beruntungnya kita karena pandemi melanda pada Maret dimana beras dan bahan-bahan pokok lainnya dalam kondisi melimpah," katanya.

Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa neraca terhadap 11 komoditas pangan dalam keadaan surplus atau memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, terutama di tengah masa pandemi COVID-19.

Kementan memperkirakan puncak panen raya akan berlangsung pada April seluas 1,73 juta hektare dengan produksi 5,27 juta ton setara beras dan berlanjut pada Mei dengan luas panen sekitar 1,38 juta ha atau setara produksi 3,81 juta ton beras. Luas panen Mei ini masih lebih tinggi dari Maret lalu.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, perkiraan pasokan ketersediaan pangan strategis nasional untuk maret hingga Agustus 2020, yakni untuk beras tersedia 25,6 juta ton dari kebutuhan 15 juta ton.

Sementara itu, jagung ketersediaan sebanyak 13,7 juta ton dari keburuhan 9,1 juta ton; bawang merah tersedia 1,06 juta ton dari kebutuhan 701.482 ton; cabai besar tersedia 657.467 ton dari kebutuhan 551.261 ton.

Sedangkan daging kerbau/sapi tersedia 517.872 ton (290.000 ton di antaranya berasal dari impor) dari kebutuhan 376.035 ton; daging ayam ras 2 juta ton dari kebutuhan 1,7 juta ton dan minyak goreng 23,4 juta ton dari kebutuhan 4,4 juta ton.

Baca juga: Antisipasi harga gabah jatuh, Kementan kaji bantuan selisih harga
Baca juga: HPP gabah naik, Bulog minta dana cadangan untuk serap gabah petani