Bulog: Pandemi COVID-19 sebabkan harga beras tinggi meski panen raya
15 April 2020 15:39 WIB
Pekerja memeriksa kualitas beras di Gudang Perum Bulog Sub Divre Pekalongan, Desa Munjung Agung, Tegal, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). Menurut Perum Bulog Sub Divre Pekalongan, jelang Ramadhan dan upaya penanganan COVID-19 stok beras di wilayah Pekalongan, Tegal dan Brebes cukup untuk enam bulan kedepan sebanyak 30.000 ton setara beras. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
Jakarta (ANTARA) - Perum Bulog menyatakan harga beras medium yang masih stabil tinggi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) disebabkan karena permintaan terhadap komoditas tersebut yang juga meningkat di saat pandemi COVID-19.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa umumnya harga beras cenderung stabil dengan musim panen raya padi yang sudah tiba pada April ini.
Namun, sebagai antisipasi memenuhi kebutuhan pangan saat pandemi COVID-19, serta aturan Pembatasan Sosial Berskala Tinggi (PSBB) membuat permintaan terhadap beras juga ikut meningkat.
"Banyak kepala daerah yang membeli beras ke Bulog. Kemudian banyak lembaga-lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam rangka PSBB, atau mengantisipasi pandemi Corona. Jadi ini banyak permintaan. Pada saat pasokan tinggi harga justru meningkat," kata Tri dalam diskusi virtual yang diselenggarakan CIPS.
Tri menjelaskan bahwa rata-rata harga beras medium masih di atas Rp10.000 per kg. Sementara itu, herga beras medium di Jawa, Lampung dan Sumatra Selatan ditetapkan sebesar Rp9.450 per kg, sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata beras medium I di DKI Jakarta pada Rabu (15/4) ini sudah mencapai Rp13.900 per kilogram, sedangkan untuk beras kualitas medium II mencapai Rp12.850 per kilogram.
Bulog juga terus melaksanakan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar beras medium. Sejak Februari 2020, realisasi penyaluran beras untuk program KPSH terdapat peningkatan menjadi sebanyak 5.000-7.000 ton per hari.
"KPSH itu seharusnya 2.000 ton per hati. Tapi sejak Februari realisasinya 5.000-7.000 ton per hari. Ini menarik karena musim panen, KPSH kita tinggi juga, permintaan cukup tinggi," kata Tri.
Ada pun saat ini stok beras yang dimiliki Bulog sebanyak 1,4 juta ton terdiri dari cadangan beras pemerintah (CBP) 1,36 juta ton dan beras komersial sebanyak 54.139 ton.
Jumlah tersebut masih di luar stok beras di penggilingan sekitar 1,2 juta ton, di level pedagang 700.000 ton, sehingga neraca beras yang ada saat ini berkisa 3,3 juta-3,4 juta ton.
Kementerian Pertanian juga memprediksi puncak panen raya yang berlangsung April ini mencapai luas panen sekitar 1,73 juta hektare (ha) dengan produksi diperkirakan setara dengan 5,27 juta ton beras. Masa panen masih akan berlanjut pada Mei dengan luas panen sekitar 1,38 juta ha atau setara dengan produksi 3,81 juta ton beras.
Baca juga: Pemerintah perlu lebih perkuat peran Bulog stabilkan harga
Baca juga: DPR minta Bulog pastikan stabilitas harga beras di tengah COVID-19
Baca juga: Jamin stok hingga Lebaran, Bulog serap 1,2 juta ton beras
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, di Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa umumnya harga beras cenderung stabil dengan musim panen raya padi yang sudah tiba pada April ini.
Namun, sebagai antisipasi memenuhi kebutuhan pangan saat pandemi COVID-19, serta aturan Pembatasan Sosial Berskala Tinggi (PSBB) membuat permintaan terhadap beras juga ikut meningkat.
"Banyak kepala daerah yang membeli beras ke Bulog. Kemudian banyak lembaga-lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam rangka PSBB, atau mengantisipasi pandemi Corona. Jadi ini banyak permintaan. Pada saat pasokan tinggi harga justru meningkat," kata Tri dalam diskusi virtual yang diselenggarakan CIPS.
Tri menjelaskan bahwa rata-rata harga beras medium masih di atas Rp10.000 per kg. Sementara itu, herga beras medium di Jawa, Lampung dan Sumatra Selatan ditetapkan sebesar Rp9.450 per kg, sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata beras medium I di DKI Jakarta pada Rabu (15/4) ini sudah mencapai Rp13.900 per kilogram, sedangkan untuk beras kualitas medium II mencapai Rp12.850 per kilogram.
Bulog juga terus melaksanakan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar beras medium. Sejak Februari 2020, realisasi penyaluran beras untuk program KPSH terdapat peningkatan menjadi sebanyak 5.000-7.000 ton per hari.
"KPSH itu seharusnya 2.000 ton per hati. Tapi sejak Februari realisasinya 5.000-7.000 ton per hari. Ini menarik karena musim panen, KPSH kita tinggi juga, permintaan cukup tinggi," kata Tri.
Ada pun saat ini stok beras yang dimiliki Bulog sebanyak 1,4 juta ton terdiri dari cadangan beras pemerintah (CBP) 1,36 juta ton dan beras komersial sebanyak 54.139 ton.
Jumlah tersebut masih di luar stok beras di penggilingan sekitar 1,2 juta ton, di level pedagang 700.000 ton, sehingga neraca beras yang ada saat ini berkisa 3,3 juta-3,4 juta ton.
Kementerian Pertanian juga memprediksi puncak panen raya yang berlangsung April ini mencapai luas panen sekitar 1,73 juta hektare (ha) dengan produksi diperkirakan setara dengan 5,27 juta ton beras. Masa panen masih akan berlanjut pada Mei dengan luas panen sekitar 1,38 juta ha atau setara dengan produksi 3,81 juta ton beras.
Baca juga: Pemerintah perlu lebih perkuat peran Bulog stabilkan harga
Baca juga: DPR minta Bulog pastikan stabilitas harga beras di tengah COVID-19
Baca juga: Jamin stok hingga Lebaran, Bulog serap 1,2 juta ton beras
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: