Jakarta, (ANTARA News) - Organisasi pecinta lingkungan, Greenpeace perwakilan Indonesia menyatakan bahwa pengenalan mobil-mobil murah dan ramah lingkungan yang ada saat ini justru malah akan memperburuk kondisi transportasi di Indonesia.
Climate and Energi Campaigner Greenpeace Indonesia, Arif Fiyanto, di Jakarta, Rabu, mengatakan, munculnya mobil-mobil murah saat ini merupakan fenomena industri kreatif.
"Sebenarnya jika dilihat dari energi dan teknologi yang mereka gunakan, mereka bisa mendesain mesin yang ramah lingkungan yang efek efisiensinya bagus. Bahkan ada pula kendaraan bermotor yang tidak menggunakan bahan bakar fosil," katanya.
Munculnya mobil-mobil murah seperti, mobil mini Arina dengan kapasitas 250 cc seharga Rp30 juta yang berhasil dirancang dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan mobil GEA (Gulirkan Energi Alternatif) seharga Rp45-50 juta dirancang oleh PT Inka (Industri Nasional Kereta Api) Madiun, Jawa Timur, patut dihargai.
"Apalagi semua itu atas kesadaran tentang masalah lingkungan khususnya pemanansan global yang sekarang terjadi di dunia," katanya.
Namun, kata Arif, perlu juga dipikirkan untuk kasus Indonesia terutama untuk kota-kota besarnya seperti Jakarta dan Surabaya. Pengenalan mobil-mobil murah justru malah akan memperburuk kondisi transportasi yang sekarang sudah buruk di Indoensia.
"Seperti Tata Nano (produksi India, red) saat ini harganya Rp24 juta, semua orang bisa beli mobil. Sementara kalau nanti semua orang bisa beli mobil, maka Jakarta akan macet total," katanya.
Untuk itu, kata dia, sebelum mobil-mobil murah itu akan diperjual belikan secara massal, maka pemerintah harus lebih memecahkan masalah-malsah transportasi yang ada saat ini.
"Seperti kemacetan di Jakarta yang hingga kini belum ada solusinya. Bahkan semua upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemacetan di Jakarta belum membuahkan hasil," ujarnya.(*)
Greenpeace: Mobil Murah Perburuk Transportasi Indonesia
27 Mei 2009 12:15 WIB
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Tags: