London, (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun ke arah 61 dolar AS per barel pada perdagangan Senin waktu setempat, jelang pertemuan OPEC di Wina, dimana kartel diperkirakan menyepakati untuk mempertahankan tingkat produksi.

Berita kelompok militan Nigeria menyerang sebua pipa saluran minyak di Delta Niger gagal mendorong harga naik, demikian dikutip dari Reuters.

Perusahaan energi AS Chevron, Senin mengatakan, serangan terhadap pipa minyak itu menutup 100.000 barel per hari (bph) dari produksi minyaknya.

Kontrak berjangka minyak mentah AS untuk pengiriman Juli, turun 39 sen menjadi 61,27 dolar AS per barel pada 1712 GMT.

Minyak mentah Brent London, turun 56 sen menjadi 60,22 dolar AS per barel.

Pasar AS tutup pada Senin untuk hari libur "Memorial Day". Lantai perdagangan NYMEX akan buka kembali pada Selasa.

Harga minyak telah meningkat 9,5 persen pada pekan lalu, dipicu oleh membanjirnya masalah kilang penyulingan minyak AS dan kerusuhan di eksportir utama minyak Nigeria, dan hampir dua kali liptanya penuruna mereka dari posisi terendah pada Desember.

Mereka juga telah tertarik kuat oleh pengurangan pasokan OPEC total 4,2 juta barel per hari sejak September tahun lalu, termasuk dari sentimen resesi ekonomi yang sedang berkurang dan permintaan energi yang akan hidup kembali.

Para menteri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan tidak akan membuat perubahan terhadap pasokan minyaknya dalam pertemuan mereka di Wina, Kamis, karena kenaikan harga telah membantu mengurangi kekhawatiran mereka tentang berlebihnya persediaan bahan bakar dan melemahnya permintaan.

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi, mengatakan, OPEC akan "mempertahankan produksinya" karena ia memproyeksikan permintaan akan meningkat dan harga naik ke arah 75 dolar AS per barel.

Menteri Energi Aljazair Chakib Khelil mengatakan, semua anggota OPEC sepakat tak perlu mengurangi produksi pada pertemuan Kamis.

"Saya kira setiap orang setuju," kata Khelil kepada Reuters pada pertemuan energi G-8 di Roma.(*)