Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan terjadinya penguatan rupiah sejak awal April karena adanya kepercayaan investor terhadap membaiknya pencegahan dan penanganan COVID-19.

"Pergerakan nilai tukar rupiah yang positif ini menandakan mulai pulihnya kepercayaan investor terhadap pasar kita. Hal ini, salah satunya, tidak lepas dari bagaimana pemerintah menangani pandemi COVID-19," ujar Pingkan dalam pernyataan di Jakarta, Selasa.

Pingkan mengatakan membaiknya penanganan itu terlihat dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, termasuk di DKI Jakarta, yang merupakan daerah dengan jumlah pasien terinfeksi terbanyak.

"Beberapa daerah yang juga akan menerapkan PSSB adalah Jawa Barat pada 15 April, Riau pada 17 April serta Banten pada 18 April. Daerah lainnya di Indonesia dikabarkan sedang mengajukan permohonan PSBB dan menunggu persetujuan dari pemerintah pusat," ujarnya.

Selain faktor yang berasal dari dalam negeri, pergerakan rupiah juga terpengaruh oleh adanya sentimen positif dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dapat bertahan di tengah resesi akibat pandemi COVID-19.

Pernyataan ini turut mendorong sentimen positif dari pasar modal, apalagi pemerintah baru menerbitkan tiga seri global bonds senilai 4,3 miliar dolar AS atau setara Rp68,6 triliun, salah satunya dengan tenor 50 tahun, yang memperlihatkan masih tingginya kepercayaan investor global terhadap Indonesia.

Ia mengharapkan kebijakan penanganan kesehatan yang sudah baik ini, yang terlihat dari penguatan rupiah, dapat dipertahankan tanpa mengabaikan hajat hidup orang banyak, agar kegiatan ekonomi tidak terkontraksi dan pandemi ini tidak melahirkan masalah sosial baru.

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah kembali menguat mulai minggu kedua April 2020 seiring meredanya kepanikan pasar keuangan global dan masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik seiring dengan adanya kebijakan mitigasi penyebaran COVID-19.

Selain itu, perkembangan rupiah yang kembali menguat terhadap dolar AS sebesar 4,35 persen dibandingkan level akhir Maret 2020, juga didukung oleh berlanjutnya pasokan valas dari pelaku domestik yang mampu menopang stabilitas nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia memandang bahwa level nilai tukar rupiah telah memadai untuk mendukung penyesuaian perekonomian, yang secara fundamental tercatat undervalued, dan diperkirakan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS di akhir tahun 2020.

Bank sentral akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar agar rupiah bekerja sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, melalui berbagai upaya intervensi di pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.

Sementara itu, untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan mekanisme pasar bekerja dan tersedia likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.

Baca juga: BI : Penguatan rupiah masih sesuai fundamental perekonomian
Baca juga: Rupiah diprediksi masih lanjutkan penguatan