Jakarta (ANTARA News) - Gurun pasir atau sahara umumnya terdapat di Afrika Utara dan Selatan, Timur Tengah, di Asia (China dan Iran), bahkan di benua Amerika (utara dan selatan) dan Australia. Tetapi di Eropa sulit dipercaya bila benua itu juga mempunyai sahara, tepatnya di Polandia.

Di bagian selatan negeri ini, tepatnya di Pustynia Bledowska (baca: pustinia blendovska) memang sejak ribuan tahun yang lalu ditemukan sahara terbesar di seluruh Eropa, dan dijuluki the "only natural desert in Europe".

Rasa ingin tahu dan penasaran inilah yang membawa saya, dan beberapa teman, mengunjungi tempat ini pada akhir April 2009 yang lalu. Sahara ini terletak di pebukitan di antara Slaska and Olkuska di Propinsi Slaskie.

Bukan tanggung-tanggung, gurun pasir yang disebut juga sebagai "the Polish Sahara" ini ternyata cukup luas, kurang lebih 32 km persegi, berdimensi sekitar 9 km x 3-4 km, dengan ketebalan pasir antara 40-70 meter.

Ukuran ini tentu sangat mini jika dibandingkan dengan gurun pasir atau sahara yang terdapat di benua-benua lainnya seperti di Afrika Utara yang mencapai 9 juta km persegi.

Konon, padang pasir alamiah Polandia ini menyita tempat seluas 150 km persegi, kemudian menciut menjadi 80 km2 pada abad ke-13 dan menciut terus hingga kini luasnya tersisa menjadi 32 km2.

Menurut sejarahnya, penduduk di sekitar wilayah ini awalnya menanam pohon-pohon sejenis Caspian willow untuk menahan pasir agar tidak beterbangan pada saat angin kencang, bahkan adakalanya badai pasir (sandstorms).

Tetapi ternyata jenis pohon ini tumbuh dengan subur mengikis perbukitan pasir pada kawasan yang lebih tinggi.

Pencarian biji besi, perak, dan batubara pada abad pertengahan pada masa lalu telah mendorong tumbuhnya industri pertambangan, dan selanjutnya pemukiman di sekitar sahara itu.

Kebutuhan bahan makanan selanjutnya mendorong pertanian yang mengepung sahara itu. Proses penghijauan yang berkembang itu pula yang menjadi kecemasan rakyat Polandia bahwa tanpa upaya konservasi maka sahara ini akan lenyap. Kini, seluas 85 persen permukaan sahara telah dipenuhi tumbuhan yang mengancam punahnya padang pasir ini.

Sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak untuk memelihara padang pasir ini, menyebut dirinya "Polish Sahara Association", aktif menggalang dana demi mempertahankan padang pasir ini.

"Bila tidak dilakukan langkah-langkah penyelamatan, maka sahara kebanggaan rakyat Polandia ini pun terancam punah," ujar seorang aktivis lingkungan Polandia.

Pada era penghijauan dan kecemasan terhadap peningkatan pemanasan global, sepertinya upaya para naturalis Eropa berjalan dengan logika terbalik.

Terbentuk Alamiah

Setelah menempuh jalan sekitar 350 kilometer dari Warsawa ke arah selatan, rombongan tiba di Pustynia Bledowska. Tetapi tidak terlihat padang pasir seperti dibayangkan dalam foto-foto padang pasir di Mesir, misalnya. Kawasan sekitarnya rimbun.

Di bagian timur ini hanya terlihat hanya sedikit warna pasir putih, yang terletak agak di tengah-tengah belukar dan pepohonan cemara, dan hampir tak terpantau dari kejauhan. Datar, membosankan, sekilas orang berkomentar begitu.

Para ahli dan politisi di Brussels pun sibuk berpikir bagaimana menyelamatkan sang sahara. Berbeda dengan di Timur Tengah yang sibuk menghijaukan padang pasir, di Polandia justru sahara ini ingin dipertahankan sebagai kawasan wisata dan juga untuk penelitian ilmiah.

Tetapi tentu daerah ini menarik bagi ilmuwan atau orang-orang yang masih penasaran. Rombongan tidak lupa membawa jaket, karena arus angin yang relatif kencang di sana, apalagi jika udara agak dingin.

Lokasi masuk sahara tersebut terletak agak tinggi, sehingga dengan mudah memandang ke hamparan luas di bawahnya.

Daerah perbukitan di lokasi tersebut ideal untuk berolahraga paragliders dan terbang layang atau sejenisnya.

Dari tempat yang tinggi itu, seakan-akan berada di langit, memandang ke kaki bumi.

Dalam perjalanan melihat-lihat sahara tersebut, rombongan bertemu dengan polisi patroli dan memberitahukan agar masuk melalui sisi barat dan utara.

Di bagian tersebut, kata polisi itu, masih terdapat konsentrasi pasir yang luas, tidak tertutupi oleh berbagai pohon.

"Jika anda ingin menyaksikan suasana Sahara hanya di dekat Klucze di bagian barat dan di bagian utara di Dabrowko dekat Chechlo terdapat timbunan pasir yang lumayan luas," kata pak polisi.

Pustynia Bledowska, seperti disebut orang Polandia menyebut sang sahara, memang memesona. Pasir halus di sana mengandung quartz bermutu tinggi, dan di sekitarnya terdapat batu karang dan fosil-fosil peninggalan zaman Jurassic.

Menurut orang di sana, bila hujan turun maka petir menyambar ke arah kawasan yang mengandung mineral, dengan sendirinya mengundang listrik, menghunjam bumi, dan menimbulkan percikan dari segala penjuru. Ini menjadi tontonan menarik.

Berada di bukit-bukit pasir di sana memang serasa berada di pantai. Pasirnya pun sama seperti yang terdapat di pantai. Ada juga turis lokal yang berjemuran di terik matahari di sana, sementara pengunjung lainnya tak lama mulai bermunculan lengkap dengan kamera untuk mengabadikan tempat unik ini.

Menurut kisah, lautan pasir di sana berasal dari air laut yang mencair dari berbagai lautan pada zaman glacial, mencairnya es dari kutub puluhan ribu tahun yang lalu, dan mengalir ke lembah Przemsza.

Pasir lautan pun mengendap di sana. Setelah pemanasan global yang dimulai kira-kira 10 ribu tahun yang lalu, mulailah kawasan itu ditumbuhi pepohonan, terus berkembang sampai abad ke-13.

Berbeda dengan sahara-sahara di belahan bumi lainnya yang selalu mengalahkan proses penghijauan buatan manusia, Pustynia Bledowska yang berada di iklim Eropa, dengan curah hujan yang cukup alam melakukan penghijauan sendiri.

Jika proses alamiah ini dibiarkan berlanjut, maka diprediksi tidak lama lagi sang sahara pun lenyap. Maka, para ahli pun dengan dana terbatas bekerja untuk memulihkan sang sahara dan paling tidak mempertahankannya pada tingkat sekarang.

Sekitar tahun 1950-1960-an masyarakat masih bisa menyaksikan beberapa karakter padang pasir, seperti fatamorgana, padang rumput (pasture), badai pasir (sandstorms), dan bukit pasir di pantai (dunes). Kini kawasan pinus di belahan barat merambah cepat.

Itu sebabnya, ketika memasuki wilayah ini dari sudut timur hampir tidak terlihat bekas-bekas sahara karena sangat hijau.

Snow on Sahara

Bila Anggun, mantan penyanyi remaja Indonesia yang populer di Eropa, kini warganegara Prancis, dianggap melantunkan bual melalui hit-nya "Snow on Sahara", maka di Pustynia Bledowska tempat pembuktian yang sahih.

Wilayah, seperti wilayah Polandia di musim dingin tertutup oleh salju, termasuk di sahara ini. Maka, Snow on Sahara adalah suatu realitas. Betapa uniknya.

Kontradiksi lainnya jika dibandingkan dengan sahara-sahara di berbagai benua lainnya adalah kehijauannya. Karena di sini, juga terdapat kehidupan flora dan fauna.

Menurut catatan ilmuwan Polandia, di kawasan itu kini terdapat kurang lebih 350 jenis tumbuhan, kebanyakan dengan karakter padang pasir dan pohon-pohon di pinggir pantai.

Bagi ahli botani, di sana terdapat tumbuhan unik seperti stemless carline thistle (Carlina acaulis), broadleaf helleborine (Epipactis helleborine), dark red helleborine (Epipactis atrorubens), prince`s pine (Chimaphila umbellate), whorled Solomon`s seal (Polygonatum verticillatum), Doronicum austriacum, dan fescue grasses (Festuca).

Jenis-jenis rumput yang tumbuh di sana seperti, gray clubawn grass (Corynephorus canescens), blue lyme grass (Elymus arenarius), couch-grass (Triticum repens) menghiasi dataran rendahnya.

Pepohonan yang tumbuh juga memberi kehidupan bagi fauna, di sini terdapat sekitar 150 jenis serangga dan burung. Burung seperti woodlarks (Lullula arborea) atau tawny pipits (Anthus campestris), stone curlews (Burhinus oedicnemus) burung padang pasir yang bertelur di pasir ada di sana. Ada juga muskrats, beavers, sejenis binatang langka serta reptil sand lizard dan ular.

Yang menarik, padang pasir ini pernah digunakan sebagai markas tempur pada saat Perang Dunia II, oleh Pasukan Jerman dari satuan Afrika Korps untuk latihan dan percobaan alutsista sebelum digunakan di Afrika.

Sekarang sesekali digunakan oleh Pasukan Operasi Perdamaian (peace-keeping) Polandia, terutama untuk menguji-cobakan tank-tank buatannya sebelum diterjunkan di Irak dan Afghanistan.

Ketika rombongan memasuki tempat ini, masih terdapat papan peringatan: "Daerah Militer, Dilarang Masuk". Tempat tersebut juga menjadi obyek menarik untuk diabadikan, seperti juga para pengunjung lainnya. (***)

* Penulis adalah Duta Besar RI untuk Polandia