Yogyakarta (ANTARA News) - Informasi pasar luar negeri untuk kepentingan memperluas jaringan pasar ekspor diperlukan para perajin di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kata Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Kecil Mataram (ASPERAM) Yogyakarta, Budi Sarwono, Senin.

"Mereka butuh bantuan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat khususnya peran kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) agar perajin bisa memperoleh informasi tersebut," papar Budi.

Menurut dia, peran KBRI sangat diperlukan, karena dinilai paling mengetahui kondisi pasar dan jenis komoditas yang diinginkan pasar suatu negara.

"KBRI diharapkan bisa memberi informasi mengenai potensi pasar di suatu negara kepada pelaku bisnis khususnya perajin untuk digunakan sebagai acuan mereka dalam melakukan ekspor produknya," katanya.

Ia mengatakan telah meminta KBRI membantu mereka mendaptkan informasi tentang potensi pasar produk kerajinan di sebuah negara, namun sayang tidak semua kantor KBRI merespon permintaan ini, padahal informasi pasar luar negeri dibutuhkan untuk ekspor produk kerajinan.

"Meski demikian, kami merasa gembira karena ada beberapa KBRI yang merespon surat permintaan itu, diantaranya Argentina, Selandia Baru dan Belanda. Kami berharap KBRI lainnya mau merespon dan menanggapi surat yang kami kirim," katanya.

Menurut Budi, informasi mengenai potensi pasar di beberapa negara, sangat diperlukan bagi kesiapan pengiriman produk kerajinan yang akan diekspor, serta untuk mengikuti pameran di luar negeri.

Ia mengatakan potensi ekspor produk kerajinan dari DIY cukup bagus, apalagi produk kerajinan yang kompetitif seperti batik, kayu, bambu dan furnitur yang kesemuanya bisa bersaing dengan produk luar negeri seperti China.

Menurut dia, minat pasar luar negeri terhadap produk kerajinan khas Yogyakarta tinggi sehingga perlu pemasaran produk yang lebih gencar, termasuk mengikuti pameran internasional. (*)