WHO: Kongo catat kasus ketiga Ebola dari rantai infeksi yang sama
14 April 2020 15:50 WIB
Seorang petugas kesehatan menyemprotkan desinfektan pada sebuah ambulans di sebuah Pusat Kesehatan di Goma, Republik Demokratik Kongo, Kamis (18/7/2019). Organisasi Kesehatan WHO mengeluarkan pernyataan resmi telah meninggal seorang perempuan akibat Ebola di Republik Demokratik Kongo yang membawa penyakit mematikan tersebut ke Rwanda. ANTARA/REUTERS/Djaffer Sabiti/aa
Kinshasa (ANTARA) - Republik Demokratik Kongo mencatat kasus baru Ebola ketiga pada Senin, yakni anak perempuan berusia 7 tahun yang mulai menunjukkan gejala seusai mengunjungi pusat kesehatan yang sama seperti dua kasus sebelumnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin.
Setelah lebih dari tujuh pekan tanpa infeksi baru, Kongo pada Minggu berencana menandai berakhirnya wabah virus mematikan kedua dalam sejarah, hingga satu kasus dilaporkan pada Jumat di Kota Beni.
Tanggapan terhadap epidemi tersebut, yang telah menelan lebih dari 2.200 orang sejak Agustus 2018, terhalang oleh ketidakpercayaan masyarakat dan serangan milisi, yang mencegah pekerja kesehatan menjangkau sejumlah daerah yang terdampak parah.
Ketiga pasien dalam kasus baru Ebola itu mengunjungi Pusat Kesehatan Horizon di Beni, kata Boubacar Diallo, wakil manajer peristiwa untuk tanggap Ebola WHO.
Si anak mulai mengalami gejala hanya pada 11 April, yang berarti ia memiliki kesempatan bagus untuk bertahan hidup dan tidak dianggap begitu menular.
"Kami rasa, kami akan segera mencegah wabah ini," katanya.
Belum diketahui pasti bagaimana kasus pertama, tukang listrik berusia 26 tahun, tertular virus. Ia tidak melakukan kontak dengan pasien Ebola lainnya dan bukan orang yang selamat dari virus, yang dapat kambuh tersebut, kata pemerintah pada Jumat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Petugas rumah sakit: gadis Kongo meninggal di Uganda akibat Ebola
Baca juga: Tiga tewas dalam serangan di pusat perawatan Ebola di Kongo
Baca juga: Mantan menteri kesehatan Kongo ditahan terkait Ebola
Setelah lebih dari tujuh pekan tanpa infeksi baru, Kongo pada Minggu berencana menandai berakhirnya wabah virus mematikan kedua dalam sejarah, hingga satu kasus dilaporkan pada Jumat di Kota Beni.
Tanggapan terhadap epidemi tersebut, yang telah menelan lebih dari 2.200 orang sejak Agustus 2018, terhalang oleh ketidakpercayaan masyarakat dan serangan milisi, yang mencegah pekerja kesehatan menjangkau sejumlah daerah yang terdampak parah.
Ketiga pasien dalam kasus baru Ebola itu mengunjungi Pusat Kesehatan Horizon di Beni, kata Boubacar Diallo, wakil manajer peristiwa untuk tanggap Ebola WHO.
Si anak mulai mengalami gejala hanya pada 11 April, yang berarti ia memiliki kesempatan bagus untuk bertahan hidup dan tidak dianggap begitu menular.
"Kami rasa, kami akan segera mencegah wabah ini," katanya.
Belum diketahui pasti bagaimana kasus pertama, tukang listrik berusia 26 tahun, tertular virus. Ia tidak melakukan kontak dengan pasien Ebola lainnya dan bukan orang yang selamat dari virus, yang dapat kambuh tersebut, kata pemerintah pada Jumat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Petugas rumah sakit: gadis Kongo meninggal di Uganda akibat Ebola
Baca juga: Tiga tewas dalam serangan di pusat perawatan Ebola di Kongo
Baca juga: Mantan menteri kesehatan Kongo ditahan terkait Ebola
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: