Jerusalem, (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis, berikrar bahwa seluruh Jerusalem akan tetap bersatu di bawah kedaulatan Israel, tapi ratusan orang Arab di Jerusalem timur memprotes pendudukan tersebut.

"Jerusalem yang bersatu adalah ibukota Israel. Jerusalem sejak dulu milik kita dan akan selalu menjadi milik kita. Itu takkan pernah lagi terpisahkan dan dibagi," kata Netanyahu sebagaimana dikutip harian Ha`aretz saat upacara kenegaraan yang memperingati Hari Jerusalem, yang diselenggarakan di Ammnunition Hill di Jerusalem timur, demikian dikutip dari Xinhua-OANA.

Perdana Menteri Israel tersebut mengatakan ia telah mengeluarkan deklarasi yang sama selama kunjungannya ke Washington, tempat ia pada Senin bertemu dengan Presiden AS Barack Obama mengenai proses perdamaian Timur Tengah dan program nuklir Iran.

Hari Jerusalem memperingati penaklukan kota itu selama Perang Enam Hari 1967. Sebelum itu Jerusalem timur dikuasai Jordania, sementara Israel menguasai wilayah baratnya. Tak lama setelah perang tersebut, Israel mencaplok Jerusalem timur.

"Hanya di bawah kedaulatan Israel- lah Jerusalem yang bersatu menjamin kebebasan beragama dan kebebasan askes ke tiga tempat suci agama langit," kata Netanyahu, tanpa merujuk kepada tuntutan Palestina guna memproklamasikan Jerusalem timur sebagai ibukota negara yang akan mereka dirikan.

Pidato Netanyahu mengumandangkan pernyataan Presiden Israel Shimon Peres, yang sebelumnya mengatakan pada acara itu bahwa "Israel takkan pernah memiliki ibukota lain selain Jerusalem, dan Jerusalem takkan pernah menjadi ibukota bangsa lain".

Sebagai tanggapan atas pernyataan Netanyahu, perunding Palestina Saeb Erekat mengatakan sikap Perdana Menteri Israel tersebut mengenai Jerusalem adalah kemunduran bagi sasaran penyelesaian dua negara, yang didukung kuat oleh pemerintah Presiden AS Barack Obama.

"Netanyahu, dengan mengatakan itu, berarti mengatakan kondisi konflik akan abadi," kata Erekat.

Masih hari Kamis, ratusan orang Arab di Jerusalem timur memprotes peringatan Hari Jerusalem di kota tersebut, demikian laporan surat kabar setempat, The Jerusalem Post.

Pengunjuk rasa dengan mengibarkan bendera Pemerintah Nasional Palestina meneriakkan slogan yang mengutuk pendudukan Yahudi.

Peserta unjuk rasa mencerca mitos persatuan kota itu dan mengatakan Israel harus "terbangun dari fantasi mengenai persatuan Jerusalem tersebut". Mereka mengatakan pencaplokan Jerusalem timur oleh Israel setealh Perang Enam Hari tidak sah.

Pemrotes bernama Inad Muhammad Surhi dari permukiman Jabal Mukaber mengatakan kepada layanan berita lokal, Ynet, "Kami berada disini untuk mengatakan satu hal: Jerusalem tak pernah bersatu. Lihat lah perbedaan antara Jerusame barat dan timur, anda akan melihat tak ada kesamaan di kota itu".

"Kami berada di sini untuk mengatakan bahwa kami ingin Jerusalem menjadi ibukota dua negara, habis perkara. Hanya saat itu lah perdamaian akan terwujud bagi kita berdua," kata Surhi

Anggota Dewan Kota Jerusalem, Meir Margalit, yang berasal dari partai sayap-kiri Meretz, hadir dalam protes itu dan mengatakan, "Saya berada disini karena saya merasa bahwa ada kebohongan besar yang telah terjadi selama 42 tahun, dan itu disebut persatuan kota ini".

"Seseorang harus memecahkan gelembung ini. Kota ini tidak bersatu; sebaliknya, kota ini lebih terpecah daripada sebelumnya," katanya. Ia menambahkan Hari Jerusalem bukan hari libur buat semua warga kota tersebut.

"Menyebutnya `Hari Jerusalem`, seakan-akan semua warga senang dengan situasi ini, adalah dusta besar. Itu dapat disebut `Hari Jerusalem buat orang Yahudi`," kata Margalit.(*)